Tuesday, February 16, 2010

Nikmat yang sudah jatahnya

Selasa minggu lalu, pagi-pagi aku kena sakit perut. Hari itu majlis ta'lim diundang ke rumah bu Isye Pepe Suparman. Yakin dalam hati kalau itu pasti godaan dari setan yang bikin perut jadi sakit, supaya gagal untuk beramal kebaikan hari itu.

Alhamdulillah karena hidayah Allah minggu lalu selepas majlis ta'lim di rumah Uni Meli, aku sudah bicara langsung ke mba Yuni memintanya untuk menyampaikan tausiyah dan meminta kesediaan mba Indah untuk memimpin doa di masjid ta'lim minggu berikutnya di rumah bu Isye itu.

Alles Klar. Semua tim pengisi majlis ta'lim sudah oke. Sebagai penanggung jawab majlis ta'lim aku yakin acara akan berjalan aman, Insya Allah tanpa kehadiranku. Begitu pikirku jadi aku nggak usah sakit-sakit berangkat. Ya Allah malas benar hambamu ini baru dikasih sakit perut sudah berniat seperti itu.

Hingga sejam sebelum acara dimulai aku masih menikmati sakit perut itu, hingga akhirnya memutuskan untuk benar-benar menelepon mba Yuni, menyampaikan kemungkinan besar bahwa aku berhalangan datang karena sakit perut. Itu memang rencana yang tidak nyaman, tapi kenyataan.

Tetapi ternyata Allah punya rencana lain. Suara telpon memanggil-manggil. Rupanya mba Nanin
tidak berhasil menemukan rumah bu Isye, mobilnya sudah sampai ujung jembatan tetapi tidak ketemu tanda-tanda rumahnya, sehingga menelponku. Dan mengatakan akan menjemput ke rumah. Aku tidak memintanya. Mba Nanin yang menekankan bahwa ia akan menjemputku, dan dia tidak mau panjang lebar bicara karena handynya habis baterai. Jadi aku juga harus segera bersiap. Kebetulan rumah bu Isye dan rumah ku tidak jauh masih disekitar Turmstrasse.

Aku jadi malu kepada Allah, maluuu sekali, hambaMu yang pemalas ini sebetulnya tidak pantas diperlakukan khusus dengan penjemputan dan segala macamnya, hanya karena kasus sakit perut. Tapi Engkau benar-benar mengirimkan orang untuk menjemputku ya Allah, maluuu sekali aku pada Mu. Nikmatmu terlalu luas untuk seorang aku. Malu sekali sampai menitikkan air mata. Terima kasih ya Allah. Terima kasih.

Rupanya amalku hari itu mungkin memang harus ada dimajlis taklim itu. Untuk dicatat oleh malaikat bahwa ada aku di sana di antara orang-orang yang Allah anugrahkan ketenangan dan kasih sayangNya. Pena telah diangkat. Catatan telah tertulis.

Ada aku di sana ya Allah. Ada aku di sana. Terima kasih ya Allah. Terima kasih. Aku mencintaiMu ya Allah. Terima kasih.

Selasa ini kondisinya sama, aku sakit perut. Tetapi semua sudah aku persiapkan untuk majlis ta'lim. Bahan tausiyah sudah selesai diprint. Jam 10.15, janji bertemu dengan ibu-ibu di masjid. Bus M27 akan berhenti di halte Turmstrasse/Beusselstrasse tepat jam 10.07. Tidak bawa kunci masjid. Kunci dengan gantungan merah jambu itu mungkin ada di dalam tas suami. Ia lupa mengeluarkan. Aku berangkat tanpa kunci berharap sudah ada orang di masjid sejak subuh dan mudah-mudahan beberapa di antaranya masih ada di sana sampai siang.

Kaget. Dompet tidak ada dalam tas. Semalam aku belanja, ia tertinggal di tas belanja. Ku rogoh kantong jacke, cuma ada 80 cent. Tidak ada cukup uang receh 1,30 euro untuk tiket Kurzstrecke (tiket untuk perjalanan sejauh enam haltestelle). Tapi ada 10 euro di kantong tas. Alhamdulillah tidak perlu kembali ke rumah. Aku harus datang tepat waktu. Ibu-ibu ini disiplin dengan waktu.

Pasrah. Pasti tidak enak sekali aku mengeluarkan 10 euro ke supir hanya untuk membayar tiket terpendek. Seingatku selama tinggal di Berlin tidak pernah sekalipun aku begitu. Terserah Allah saja, bagaimana reaksinya nanti aku terima. Pokoknya aku datang harus tepat waktu.

Alhamdulillah. Bus M27 datang ketika aku berada diujung jalan dan lampu hijau pas menyala. Agak sedikit berlari-lari khawatir terlewat bus. Bahaya kalau harus menunggu 10 menit lagi, bisa terlambat. Aku berhasil masuk dan masih ada beberapa penumpang berbaris di belakang.

Menghadap supir, sambil menyodorkan uang 10 euro. "Halo, einmal Kurzstrecke Bitte". Supir itu diam saja. Tidak memberi reaksi. Dia hanya selintas memandangku. Diam saja dan membiarkanku menunggu. Penumpang dibelakang berlalu masuk melewati, mereka semua sudah punya kartu. Aku memandang supir itu pasrah menunggu reaksinya. Supir diam saja, malah mengalihkan setir bus nya dan bus berjalan. Rupanya dia tidak mau melayani. Supir itu berwajah Turki. Mungkin ia sudah kasihan melihatku berlari-lari dari ujung ampel (lampu merah). Alhamdulillah. Jadilah takdir Allah hari itu aku gratis naik bus.

Persis seperti hadits yang tadi pagi ini kupersiapkan untuk ibu-ibu.
Dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata : Pada suatu hari saya pernah berada di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda : "Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu. Jika kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering." (HR. Tirmidzi, ia telah berkata : Hadits ini hasan, pada lafazh lain hasan shahih. Dalam riwayat selain Tirmidzi : “Hendaklah kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu mendapati-Nya di hadapanmu. Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah bahwa apa yang semestinya tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu, dan apa yang semestinya menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah sesungguhnya kemenangan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan dan kesulitan”) [Tirmidzi no. 2516]


Aku duduk. Malu pada Allah. Betapa banyak nikmatMu. Terima kasih ya Allah. Terima kasih. Air mataku mengambang. Engkau baik sekali padaku ya Allah. Pena telah diangkat. Catatan telah tertulis.

Bagaimana kalau ada pemeriksaan tiket? tanyaku dalam hati, bisa kena denda 40 euro. Tenang. Hatiku menjawab. Allah yang akan mengaturnya untukku. Dia sudah mengatur situasinya kali pertama pasti Dia yang menjagaku kali berikutnya.

Stendalerstrasse. Aku sampai di masjid selisih satu menit. Sudah ada dua ibu menyambutku dengan senyum. Terima kasih ya Allah. Aku mencintaiMu Tuhanku. Terima kasih.

3 comments:

  1. "Allah yang akan mengaturnya untukku. Dia sudah mengatur situasinya kali pertama pasti Dia yang menjagaku kali berikut"

    >>Subhanallah... terima kasih perkongsian catatannya.

    ReplyDelete
  2. wah mba munaya. udah lama ku ngga buka blog. pas ngecek2, jadi pangling sama blog nya mba munaya. ternyata ini blog nya mba munaya :)

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete