Sunday, May 18, 2014

Sedang ikut virtual payment dari VSI, biar gampang bayar tagihan cukup dari hp nggak usah ke bank atau antri. Lumayan ngga ribet :) yang mau coba silahkan klik linknya.http://leadervsi.com/flash

Situsnya VSI

Tuesday, November 27, 2012


Hadits Kitab 9 Imam dengan Terjemah Bahasa Indonesia

Menghadirkan 9 kitab hadits dengan lebih dari 60 ribu hadits lengkap dengan terjemah bahasa Indonesia. Diterjemahkan dalam waktu 5 tahun oleh lebih dari 20 penerjemah.

http://id.lidwa.com/app/

Semoga Allah Subhanahuwata'ala meridhoi upaya mereka  dan membalasnya dengan kebaikan yang berlimpah di dunia dan akhirat. Amiin.
Tanggal 5-10 November 2012 saya mengikuti pelatihan Statistik Stata ver 10, SPSS ver 13 dan Epi Info Versi 6.04d di Kampus UI Depok total waktu pelatihannya 37 jam. Stata untuk saya ilmu yang sama sekali baru, digunakan untuk menganalisis data-data yang jumlahnya besar. SPSS dan Epi Info bukan sesuatu yang baru namun dengan mengikuti pelatihan ini saya juga mendapatkan hal-hal baru dan juga penyegaran kembali.

Tanggal 14 November 2012 mengikuti Seminar Filariasis di Aula FKK UMJ. Penyelenggaranya Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dengan pembicara salah satunya dari PS. Kedokteran. Acara tersebut dihadiri oleh 400 utusan dari Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah-sekolah di wilayah kota Tangerang Selatan Salah satu kegiatan dalam acara yaitu dilakukan Minum Obat Massal Filariasis. Semua peserta mendapatkan obat gratis yang diminum bersama-sama. Pada bulan November ini mahasiswa Epidemiologi PS.Kesmas FKK UMJ sedang melaksanakan magang di Dinkes Tangsel. Mereka diminta untuk melakukan pengambilan darah sampel untuk memperoleh prevalensi darah dengan mikrofilaria yang dilaksanakan pada malam hari karena mikrofilaria ini bersifat nocturna atau aktif dimalam hari, mahasiswa juga melakukan survei terkait pelaksanaan program Filariasis dan juga diminta untuk membantu pelaksanaan seminar ini.

Sejak tanggal 6 November 2012 saya mengikuti kursus online kebijakan kesehatan yang diselenggarakan oleh PMPK FK UGM. Kursus online yang sangat padat dan terstruktur dalam materi dan penjadwalan ini sebetulnya sangat berat dengan berbagai penugasan. Seringkali saya harus mengerjakan tugas sampai tengah malam, meskipun demikian saya mendapatkan banyak hal baru untuk pengayaan ilmu di bidang kebijakan kesehatan dan juga untuk pengembangan penelitian. Kursus ini masih terus berlanjut hingga Modul I selesai dalam waktu satu setengah bulan sejak dimulai. Mudah-mudahan saya bisa berhasil menyelesaikannya.

Mahasiswa baru semester I (angkatan 2012) PS.Kesmas FKK UMJ  datang kepada saya. Hanya 2 hari sebelum hari penutupan, ada khabar kepada mereka tentang lomba karya tulis ilmiah kemudian mereka meminta saya menjadi pembimbing dan berdiskusi dengan saya tentang rencana penelitiannya. Alhamdulillah, mereka datang kembali dan mengabarkan bahwa mereka terpilih sebagai finalis dan harus berangkat ke Padang untuk presentasi. Hasilnya mereka menang juara 4 dari 68 peserta lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional diselenggarakan oleh BEM FKM Universitas Andalas. Acara finalnya tanggal 25 November 2012 di FKM Unand. Menurut saya bagus karena mereka baru semester I dan sudah berani mengikuti lomba menulis ilmiah sementara juara lainnya sudah semester 5 berasal dari Unand, UI dan Unair.


Monday, January 3, 2011

Mati itu Enak !!

Mbak sedang diskusi dengan kawannya yang dosen agama tentang kematian. Setelah ngalor ngidul tentang kematian, ada kalimat meluncur seru dari Bu Dosen tersebut. "Sebetulnya mati itu enak!!" katanya dengan semangat.

Mbak terperangah dengan pernyataan itu. "Lah, bagaimana bisa tahu enak bu, kan belum nyoba!!" seru mbak memancing.

Bu Dosen dengan semangat menjawab, "Buktinya mereka yang mati nggak ada yang balik lagi!!" serunya.
Mbak kembali bertanya dengan semangat pula, "Kan ada yang mati suri bu?! Setelah mati suri masih bisa hidup lagi," seru mbak mengejar.

"Aa...ah itu kan cuma kontemplasi!" jawab Bu Dosen pasti. "Mati suri itu cuma kontemplasi!!" katanya lagi.
Mbak memandang Bu Dosen tersebut masih dengan terperangah.

Tuesday, August 24, 2010

Tanggung Jawab Pendidikan Jasmani Anak

Bismillahirrohmaanirrohiim

Pendidikan jasmani anak meliputi bagian-bagian berikut ini :
  • nafkah yang baik
  • kaedah dalam makan, minum, tidur.
  • menjaga kesehatan
  • etos kerja
Pada saat mendidik anak yang pertama kali harus dilakukan adalah tanamkan terus tentang iman, maka mendidik akhlaq akan menjadi lebih mudah.

Pepatah arab: “Al aqli salim fil jismisalim” artinya: “Akal yang sehat ada pada tubuh yang sehat”.
  1. Nafkah yang baik. Wajib bagi suami/isti memberi nafkah yang baik, halal dan thoyib(baik). Al Baqoroh:233. Ada anak yang suka sakit-sakitan karena orang tuanya memberi makan yang baik tapi dari barang yang “subhat”.
Hadist: “Belanjakan harta mu untuk berperang dijalan Allah, untuk budakmu, untuk fakir miskin, dan yang paling baik untuk keluargamu.”
  1. Kaedah makan, minum dan tidur.
Wakulu, washrobu walaatusrifu,” artinya: ” dan makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan. Ajarkan dan contohkan anak membaca Basmallah sebelum makan minum.
Didik anak agar makan tidak sampai kekenyangan. Jangan sampai anak menjadi “abdul buthun” atau penyembah perut, karena apa-apa yang diinginkan untuk dimakan dipenuhi padahal sudah lebih dari porsi anak.

Contohkan anak agar tidak makan dan minum sambil berdiri. Bila kita mengundang tamu maka berkewajiban untuk menyediakan kursi sejumlah tamu sehingga semua bisa makan sambil duduk. Jika tidak, maka tuan rumah menanggung dosa- makan sambil berdiri- semua tamu yang makan minum dan tidak mendapat tempat duduk.

Contohkan anak agar tidak minum segelas air dalam sekali teguk, meskipun gelasnya kecil. Bagilah segelas air tadi menjadi 2 atau 3 kali minum. Tidak minum seperti unta yang sekali teguk langsung habis.

Tidur. Disunnahkan miring ke kanan kalau bisa menghadap kiblat. Ajarkan doa sebelum tidur (Bismika Allohumma ahya wa bismika amuut, artinya: Dengan nama Allah aku hidup dan dengan nama Allah aku mati) dan doa bangun tidur (Alhamdulillaahilladzi ahyaanaa ba'dama amaatanaa wailaihinnusyur, artinya: Segala puji bagi Allah yang telah mengidupkan aku setelah matiku dan hanya kepadaNya aku kembali), karena tidur adalah mati sejenak (Az Zumar: 42). Biasakan anak tidak tidur melingkar.

  1. Jaga Kesehatan anak. Orang tua jangan main-main dengan kesehatan anak, karena anak adalah aset. Jangan menggunakan obat coba-coba atau coba obat sana-coba obat sini. Sebaiknya langsung ke ahlinya, meskipun habis tabungan. Uang yang terpakai untuk keperluan anak adalah deposito orang tua di akhirat. Orang tua harus ikhlas jangan sampai pernah menyebut-nyebut misalnya “kamu dulu habis sekian juta”, dan sebagainya, apalagi di depan anak. Kalau orang tua ikhlas dan anak melihat ini, Insya Allah anak akan “all out” atau mengusahakan semaksimal mungkin juga untuk orang tuanya ketika ibu bapaknya tua nanti.

Jika ada orang tua kita yang sakit-sakitan, jangan mengharapkan orang tua cepat mati, karena jika kita tua nanti juga akan diperlakukan sama oleh anak kita. Misalnya “yah memang sudah tua umurnya, sudah sakit-sakitan, mau apalagi, mungkin memang sudah saatnya, lebih baik ia meninggal”, dan sebagainya. Urusan meninggal adalah urusan Allah SWT, tugas kita adalah berupaya semaksimal mungkin dengan ikhlas bukan kita yang menentukan kapan orang tua “sebaiknya” meninggal. Apakah ibu dan bapak mau, jika nanti dalam keadaan tua renta, ada anaknya yang bersikap seperti itu? Semua penyakit ada obatnya kecuali pikun dan mati.

  1. Olah raga. Dalam berolah raga, orang tua harus bisa mengendalikan anak, jika tidak sehari-harinya hanya basket dan bola. Khawatir hak-hak lainnya terkurangi, kecuali kalau diniatkan untuk profesional. Disini kewajiban orang tua menilai arah dan kemampuan anaknya. Rasulullah SAW mengatakan: “Sebaik-baik permainan adalah lempar lembing.” Rasulullah SAW juga pernah mengadakan lomba lari dengan Aisyah ra. Hadits: “Nabi mengajari kami melempar, memanah dan berenang” Hadits: “Mukmin yang kuat lebih disukai daripada mukmin yang lemah.”

  1. Etos kerja dan jangan dimanja. Anak jangan dibiarkan menganggur, suruh anak bergerak, karena bila tidak bergerak tidak sehat. Biasakan anak membawa cucian piring sendiri, mencucinya sendiri. Sekaligus melatih fisik untuk bergerak dan melatih tanggung jawab. “Iyyakun wa tana'kum”artinya “Jangan dibiasakan bersenang-senang terus atau berlebih-lebihan atau bersantai-santai.” Hadits Rasulullah SAW: “Tirulah cara hidup nenek mu dan moyang mu.”, maksudnya adalah meniru kerja keras dan upaya tidak kenal lelah dari leluhur kita dahulu, bahkan berjuang jauh hingga ke negeri-negeri yang jauh dan juga melintasi samudra.

Hati-hati bila melihat fisik anak yang ketomboyan atau yang kegemulaian. Harus diketatkan sejak kecil mengenai hal ini. Biasanya anak tersebut anak yang tertekan sehingga mencari perhatian. Jangan sampai anak curhat pada yang lain tetapi kondisikan sejak awal agar anak curhat pada orang tua sendiri. Kalau di saat kecil ada anak lelaki kita yang alat kemaluannya kecil, orang tua harus peka untuk segera memeriksakannya ke dokter. Ini adalah tanggung jawab orang tua karena kedepannya anak bisa menjadi kegemulai-gemulaian. Begitu juga kalau ada anak perempuan yang ketomboy-tomboyaan harus dibawa ke psikiater.

Pada kasus semacam ini ada pertanyaan, bagaimana kalau itu dari sananya atau penyakit? Maka kita harus kritis dengan pertanyaan itu dan balik bertanya, apa betul itu penyakit? apa betul itu bawaan? Kita harus berdasar kepada apa yang dicontohkan oleh Umar bin Khattab: “Lari dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.” Sampai sejauh mana kita berusaha, orang tua harus ada usaha semaksimal mungkin. Dalam hal ini harus ada usaha yang lebih “kencang” melawannya.

Pada jaman nabi SAW, ada orang yang kidal. Dia makan dengan tangan kiri. Kemudian Nabi Saw memanggilnya, dan mengatakan. “Makan engkau dengan tangan kanan.” anak itu menjawab, “Tidak bisa ya Rasulullah, saya dari kecil sudah pakai tangan kiri.” kemudian Nabi SAW mengatakan: “Mudah-mudahan benar engkau tidak bisa.” Kemudian orang itu berusaha dan berusaha dan ternyata kemudian dia bisa. Dari pelajaran ini bisa diambil hikmahnya bahwa hal-hal semacam ini harus dilawan, harus diperangi dengan usaha yang keras sehingga bisa sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.

Seri Rangkuman Ceramah Ustadz Muhammad Saleh Darahim Lc. M.A.
pada Pengajian Ummul Falah, masjid Al Falah Berlin, September 2009

Monday, August 23, 2010

Kitab Hadits 9 Imam Terjemahan Bahasa Indonesia


Hadits Kitab 9 Imam dengan Terjemah Bahasa Indonesia

Menghadirkan 9 kitab hadits dengan lebih dari 60 ribu hadits lengkap dengan terjemah bahasa Indonesia. Diterjemahkan dalam waktu 5 tahun oleh lebih dari 20 penerjemah.


Semoga Allah Subhanahuwata'ala meridhoi upaya mereka  dan membalasnya dengan kebaikan yang berlimpah di dunia dan akhirat. Amiin.

Tanggung Jawab Pendidikan Moral (At Tarbiyah Al Akhlaqiyah)

Bismillahirrohmaanirrohiim

Akhlaq adalah refleksi iman yang kita punya. Beberapa penyimpangan akhlaq yang sering kita dapati pada anak:
  1. Fenomena berdusta
  2. Fenomena mencuri
  3. Fenomena mencaci dan memaki
Penting untuk dipahami bahwa ketiga hal tersebut pada ujungnya adalah usaha anak mencari perhatian orang tuanya.
  1. Fenomena dusta
Anak berdusta karena janji orang tua yang tidak ditepati. Apalagi orang tua sering menggunakan kata “Insya Allah” untuk janji yang sering tidak jadi. Sehingga image pada anak kalau “Insya Allah” bakal tidak jadi! Padahal kata “Insya Allah“ harusnya 99% jadi.

Hadits Rasulullah SAW: “Sesungguhnya kejujuran bisa mengarahkan seseorang kepada kebaikan, dan kebaikan mengarahkan seseorang ke surga, dan ia akan dicap oleh Allah SWT sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya dusta mengarahkan seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengarahkan seseorang ke neraka dan ia akan dicap oleh Allah SWT sebagai pendusta.“

Berbohong itu seperti ketagihan atau kecanduan, bila sudah terbiasa maka tidak enak bila dalam satu hari tidak berbohong. Hingga berbohong sampai ke perdagangan, percandaan, dan menjamu tamu. Contohnya seorang pedagang yang sudah terbiasa berbohong, untuk barang yang memang harganya 25 euro dan sudah dibeli dan dibayar seseorang, ia akan mengatakan pada orang itu “Ini rejeki mbak nih, barang ini sebelumnya ditawar orang lain dengan lebih mahal tapi tidak saya lepas, sama mbak saya lepas. Barang bagus mbak.“ Padahal sebelumnya tidak ada orang yang mau. Barang sudah terbayar, untung sudah didapat, tetapi masih berbohong. Terjadi kebohongan karena kebiasaan. Contoh lainnya, bila ada tamu yang datang ke rumah, diintip dahulu, apakah ia bawa proposal atau tidak. Kalau tamunya membawa proposal maka diutuslah anak atau pembantunya supaya bilang, “Nyonya dan tuan sedang keluar kota.“ Kebohongan inilah yang kemudian di tiru anak.

Dusta harus disikapi tegas oleh orang tua. Standar mensikapinya dengan serius mulai umur 7 tahun dengan pemantauan dan 10 tahun dengan konsekwensi tertentu, seperti hadits mengenai perintah sholat. Pada usia yang lebih dini kadang cara berfikir anak masih bercampur antara khayalan dan realita sehingga seperti berbohong padahal ia sedang berlatih bercerita maka pandai-pandailah sebagai orang tua untuk menilai anak-anaknya sendiri.

Saat sholat subuh bangunkan anak, biasakan melatih kejujuran anak dengan sholat. Ada orang tua yang tidak risau anaknya bangun siang tidak sholat subuh, berarti orang tua semacam ini sudah mendukung fenomena anak berbohong kepada Allah SWT.
  1. Fenomena mencuri
Ketidaksengajaan yang menjadi kebiasaan. Anak sekolah terkadang karena ketidaksengajaannya ada pulpen atau pinsil teman yang terbawa di tasnya. Maka orang tua harus mengecek isi tas sekolah anaknya bila ada milik orang lain yang terbawa, anak diminta agar mengembalikan, bila tidak akan menjadi kebiasaan.

Latihan kejujuran di meja makan. Saat makan, biasanya anak memilih yang paling besar. Harus ditegaskan agar anak “menerima apa yang dia dapat”, “menerima apa yang ada dihadapannya.” Bahkan latih anak agar berbagi bila mendapat yang besar. Kalimat-kalimat seperti, "Kakak berinfak ikan kepada adik," atau "Adik sedekah lauk untuk kakak," sebaiknya dibiasakan kepada anak.

Latihan kejujuran tentang uang. Orang tua kalau perlu menguji anak dengan menaruh uang di tempat terbuka, apakah kemudian hilang atau tidak. Kalau ada anak yang mengambilnya tanpa izin, tidak perlu menuduh-nuduh anak, tetapi sebagai contoh, perlu dibuat rekayasa cerita yang didramatisir, bahwa betapa sulitnya kondisi orang tua karena hilangnya uang tersebut karena akan digunakan untuk membayar suatu keperluan tapi uangnya tidak ada. Sampai menyentuh perasaan kasihan dan perasaan bersalah pada anak. Maka dengan sendirinya anak akan bilang dengan jujur, karena ia kasihan pada orang tuanya. Bila anak jujur maka itu peluang orang tua menasehati anaknya lebih lanjut dengan lembut.

Latihan kejujuran tentang lawan jenis. Jadikan kita sebagai tempat “curhat” anak-anak kita. Anak ada yang tertutup dan ada yang terbuka. Jangan sampai anak berbohong tentang lawan jenisnya, karena kedepannya akan lebih sulit menyelesaikannya. Harus segera disikapi. Anak kadang berdalih bahwa itu “masalah pribadi“, tapi orang tua juga harus menanamkan bahwa anak kepada orang tua adalah “satu daging“, jauh lebih pribadi.
Fase capek pada orang tua ada tiga:
1). Saat anak masih kecil, capek mulut. Melarang ini dan menyuruh itu untuk keselamatan anak agar tidak cedera.
2). Saat anak remaja, capek pikiran. Memikirkan mengapa jam segini belum pulang sekolah, selamat atau tidak di jalan, dan seterusnya.
3). Saat anak menikah atau sudah menikah, capek perasaan. Merenung-renung bahwa anaknya akan dibawa atau diambil orang, bahwa bisa tidak anaknya bertanggung jawab atas anak orang, bisa tidak anaknya membawa diri di keluarga besan, dan seterusnya.
  1. Fenomena mencaci
Anak harus minta maaf bila ada kata jelek keluar dari mulutnya ke orang lain, baik ke anak kecil atau ke orang tua. Hadits Rasulullah SAW: “Orang yang tidak menghormati orang tua dan tidak menyayangi yang muda bukan bagian dari golongan ku.

Caci mencaci menunjukkan tidak adanya penghormatan. Contohnya, pada guru, karena kurang berambut diberi julukan guru botak. Bila terjadi, harus diarahkan dengan menyentuh perasaan anak. Misalnya, bahwa beliau orang pandai dan kalau dia mau dia bisa menjadi direktur perusahaan dengan gaji besar dan fasilitas yang banyak karena kepandaiannya, tapi dia lebih memilih untuk mendidik anak-anak bangsa supaya lebih maju bangsa ini. Bersambung…



Seri Rangkuman Ceramah Ustadz Muhammad Sholeh Darahim Lc. M.A.

pada Pengajian Ummul Falah, Masjid Al Falah Berlin, September 2009


Sunday, August 22, 2010

Sebab-sebab Penyimpangan Pada Anak

Bismillahirrohmaanirrohiim

1) Kemiskinan. Ayah wajib memiliki etos kerja yang tinggi, suami tidak boleh betah di rumah dalam hal mencari nafkah.
Bila ayah nganggur maka akan banyak tidur, ini adalah contoh yang buruk bagi anak-anak.
Orang tua yang sibuk bekerja lupa mengalokasikan waktu untuk mendidik anak-anak sehingga anak menjadi kurang diperhatikan.

2) Thalaq. Perselisihan suami istri jangan sampai menjadi tontonan anak. Bertengkar tidak di hadapan anak. Bila bertengkar silahkan dalam kamar, namun setelah keluar kamar mesti tersenyum lagi dihadapan anak.

Pada umumnya thalaq yang terjadi berujung pada nafsu, rata-rata suami istri bercerai karena maunya sendiri bukan karena alasan agama. Apalagi kemudian salah satunya menjelek-jelekkan pasangannya di depan anaknya. Sehingga si anak bersikap untuk berbaik-baik pada salah satu nya hal ini memunculkan sifat munafik pada anak sejak kecil. Anak tidak punya contoh figur yang jelas, oleh karena itu hindarkan perselisihan.

3) Masa luang. Waktu senggang di isi dengan “games“, anak menjadi asosial, tidak pandai bergaul dan penyendiri. Masaluang itu harus kita dampingi.
4) Salah Pergaulan. Percampuran pergaulan dengan teman-teman yang jahat. Harus selalu ditanyakan siapa teman anak saya. Perumpamaannya adalah seperti bergaul dengan pandai besi maka akan terkena noda hitamnya, bergaul dengan penjual minyak wangi akan terkena harumnya. Teman ini sangat cepat sekali pengaruhnya pada anak.

5) Pola pendidikan. Kadang kala orang tua tidak kuat mensikapi anak berbuat sesuatu. Sehingga anak menganggap ayah ibunya diktator. Anak kadang kurang bisa mengekspresikan rasa cintanya secara benar pada orang tua walau niatnya baik atau sayang, oleh karena itu tidak boleh memperlakukan anak seperti budak. Orang tua perlu benar memperhatikan bahwa:
  • Kata-kata
  • Sikap
  • Perbuatan
harus disesuaikan dengan daya fikir anak.

Contoh Rasulullah SAW dengan Hasan dan Husein. Rasulullah sedang sujud dalam sholat berjamaah. Namun ternyata dibuat kuda-kudaan oleh Hasan dan Husein sehingga sujudnya lama. Sahabat-sahabat heran mengapa sujudnya lama sehingga salah seorangnya mengangkat kepala mengira beliau sudah bangun dari sujud. Tapi ternyata yang terlihat dipunggung Rasulullah ada Hasan dan Husein sedang bermain. Rasulullah tetap tidak mengangkat kepalanya hingga kedua cucu nya itu turun dari lehernya. Setelah selesai baru dinasehati dengan dialog. “Mengapa kalian bermain kuda-kudaan di punggung nabi?“ mereka menjawab “Punggung Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya kuda-kudaan“ kemudian Rasulullah SAW menjawab “dan kalian adalah sebaik-baik pengendara kuda“, setelah memuji cucu-cucunya itu yang membuat mereka senang Rasulullah SAW melanjutkan dengan lembut “tapi coba lihat paman-pamanmu, kasihan mereka jadi sujudnya lama“, setelah itu Hasan dan Husein mengerti.

6) Film. Kebiasaan menonton kartun-kartun untuk dewasa, atau film-film dewasa yang oleh anak akan membuat anak pikun lebih cepat. Ditambah lagi dengan menonton film-film melankolis dan berkesan seksual. Pikun akan melambat jika seseorang rajin mengerjakan amal-amal soleh dan membaca Al Qur’an.

7) Tersebarnya pengangguran dalam masyarakat. Apabila ayahnya nganggur, ibunya nganggur, maka otomatis anak akan mencontoh nganggur. Lebih luas lagi jika tetangga-tetangganya juga ikut nganggur. Maka akan muncul perilaku-perilaku minum-minum dan kekerasan. Ini bukan pendidikan sosial yang baik untuk anak.

8) Ibu dan bapak yang tidak peduli dengan pendidikan. Orang tua yang sudah merasa cukup dengan tidak sekolah dan memaksakan hal tersebut berlaku juga untuk anaknya.

9) Bahaya Yatim. Anak yang orang tuanya meninggal adalah tanggungan bersama. Anak yatim itu unik karena kenakalannya yang di luar kebiasaan. Anak yatim melakukan itu untuk mencari perhatian supaya orang iba. Tetapi banyak juga orang yang kesal, semakin kesal orang maka ia semakin menjadi-jadi. Kecuali bila anak yatim itu kitarangkul” dengan syarat ikhlas untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW. Hadits: “Aku dan anak Yatim seperti ini” sambil menunjukkan dua jari, jari telunjuk dan jari tengah berdampingan. Ambillah anak yang dekat dengan garis keluarga kita, dari kalangan keluarga sendiri. Anak tersebut harus tetap dikenalkan bapak aslinya dan tetap di nasab kan (di -bin- kan) ke nama bapak aslinya. 

Seri Rangkuman Ceramah Ustadz Muhammad Saleh Darahim Lc. M.A.
pada Pengajian Ummul Falah, Masjid Al Falah Berlin, September 2009

PERASAAN ORANG TUA YANG PERLU DISIKAPI TERHADAP ANAK

Bismillahirrohmaanirrohiim

Perasaan orang tua kepada anak terbagi dua: perasaan berlebihan dan perasaan cuek, tidak mau tahu atau tidak mau mengurus anak. Fitrah orang tua adalah cinta anak, tapi ada yang menganggap anak adalah beban. Beberapa hal penting yang perlu disikapi yaitu:
  1. Suasana cinta. Munculkan suasana cinta terutama pada bayi yang baru lahir tunjukkan sikap bahagia, sehingga setiap anak yang lahir merasa disambut. Rasa cinta tidak hanya ditunjukkan oleh orang tua tetapi juga oleh mertua kalau perlu dipegang perut ibu sehingga si anak merasa siap lahir ke dunia karena akan disambut baik. Jangan sampai ada perasaan tidak bersahabat terhadap bayi. Anak adalah fitrah jadi ia mengerti benar perasaan senang, bahagia, cinta.
  1. Munculkan perasaan sayang (rahmah). Kepada tetangga dianjurkan memberi hadiah sebagai suasana selamat datang kepada bayi.
  1. Tidak menunjukkan sikap benci pada bayi yang tidak sempurna karena ia adalah amanah Allah SWT. Bila ada kecacatan pada anak jangan cerita pada siapapun, ceritakan pada Allah sambil terus berusaha mencari solusinya dengan cara yang tepat. “Hasbunallah wa ni’malwakil” artinya “Cukuplah Allah sebagai penolong.”Karena yang memberi kondisi itu adalah Allah SWT, maka Allah SWT lah yang akan menyelesaikan masalah kita. Jangan sampai menunjukkan sikap benci kepada anak. Ini adalah ujian dari Allah SWT. Ini cara Allah melatih kesabaran orang tua. Kalau perlu tambahkan rasa sayang kita kepadanya.
Anak ada macam-macam sifatnya:
Ada yang sangat menyenangkan. Ada yang “nggak nyambung” dengan kita. Kedua sikap ini jangan sampai ditunjukkan kepada anak karena ini syahwat/nafsu orang tua. Baik benci pada fisik atau kelakuannya.
  1. Kematian anak
Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan, kalau Allah SWT menghendaki maka anak akan dimatikan sewaktu dalam rahim. Anak yang meninggal sebelum baligh akan mencari dan meminta bertemu dengan orang tuanya di akhirat. Kata Allah kepada mereka: “Silahkan selama orang tua mu sabar.“ Maka anak tersebut akan mencari-cari namun tidak akan bertemu meskipun dekat darinya, karena pada saat di dunia terkena musibah itu orang tuanya ternyata banyak mengeluh.

Kisah Ummu Sulaim, yang anaknya sakit panas, Abu Sulaim sang suami yang hendak berangkat berjihad bolak balik melihat anaknya tidak tega meninggalkannya. Namun Ummu Sulaim sang istri mengatakan “Berangkatlah! Aku lebih mengetahui tentang anakku.“ Kemudian Abu Sulaim berangkat berjihad bersama Rasulullah SAW. Ternyata bayi nya tersebut kemudian meninggal. Sedang jihadnya tidak memakan waktu lama baru sehari ternyata Abu Sulaim sudah kembali. Sehingga bayinya belum dikubur sang suami sudah pulang. Ummu Sulaim adalah wanita yang pandai dalam menyampaikan sesuatu. Tidak ingin membuat sang suami gusar, ia berpesan kepada seluruh keluarga dan tetangga untuk tidak menceritakan kematian bayinya kepada Abu Sulaim, karena ia sendiri yang ingin menyampaikannya langsung. Kemudian Ummu Sulaim berdandan cantik untuk menyambut suaminya, keluarganya bingung akan perilakunya karena di kamar sebelah ada mayat bayi yang belum dikubur. Abu Sulaim bertanya “Bagaimana kabar anak ku?“ Ia menjawab “Anakmu sudah tenang.“ Ummu Sulaim menyambut suaminya seperti pengantin baru sampai keperluan suaminya selesai. Setelah itu ia mengatakan kepada suaminya “Bagaimana kalau ada seseorang yang meminjamkan pinjaman dan ia minta dikembalikan?” maka Abu Sulaim menjawab dengan tegas bahwa pinjaman harus dikembalikan. Kemudian Ummu Sulaim menyampaikan bahwa “Demikianlah anakmu, ia sudah dipanggil oleh yang meminjamkan yaitu Allah SWT.“ Abu Sulaim sangat marah kepada istrinya dan segera mandi junub dan dalam keadaan masih basah-basah rambutnya pergi menemui Rasulullah SAW pada saat sholat subuh dan menceritakan hal tersebut. Rasulullah SAW mendengar hal itu tersenyum dan mendoakan semoga dari hasil malam itu Allah akan menggantinya dengan keturunan yang lebih baik untuk Abu Sulaim. Melihat reaksi Rasulullah yang tersenyum, Abu Sulaim yang masih dalam suasana marah jadi terdiam dan kembali kepada istrinya dan sejak malam itu ia sulit bermesraan dengan istrinya. Beberapa bulan kemudian istrinya hamil. Tahulah ia bahwa kehamilan tersebut adalah hasil dari malam itu. Pada saat istrinya akan melahirkan ada panggilan jihad lagi. Ummu Sulaim mengatakan “Berangkatlah“, namun Abu Sulaim sudah minta izin kepada Rasulullah SAW untuk menunggui istrinya yang akan melahirkan. Ditungguinya sampai lahir. Rupanya rombongan jihad belum berangkat dan Abu Sulaim membawa bayi tersebut kepada Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW mengunyah kurma sampai halus dan mengoleskannya ke mulut bayi tersebut. Dari sinilah muncul tahnik (mengoles kurma yang sdh dikunyah lembut ke langit-langit mulut bayi yang baru lahir). Dari anak ini kemudian lahir 10 orang yang kesemuanya hafal Al Qur’an dan semuanya menjadi pemimpin Islam, ada yang menjadi Gubernur, bahkan anaknya yang kelima (cucu Abu Sulaim) menjadi khalifah yaitu Ummar bin Abdul Aziz. Subhanallah.  

Seri Rangkuman Ceramah Ustadz Muhammad Saleh Darahim Lc. M.A.
pada Pengajian Ummul Falah, Masjid Al Falah Berlin, September 2009

AKHLAQ KEPADA ANAK

Bismillahirrohmaanirrohiim

Anak adalah amanah dari Allah SWT untuk dibina di didik dan di tempa sampai menjadi anak yang sholeh. Sukses hidup bukan karir, harta, tapi sukses menjadikan anak amanah Allah SWT menjadi anak yang sholeh. Allah SWT dalam Al Qur’an membagi anak menjadi 4 macam. Sekarang kita melihat di mana posisi anak kita sekarang ini.

1.Qurrota a’yun: penyejuk mata, pelipur lara, penyenang hati. Al Furqon (25):74.
Qurra dalam bahasa arab bermakna: melihat saja sudah senang. Ada rasa kasih sayang antara orang tua dan anak. Untuk mencapai ini sama seperti sakinah mawaddah warahmah tidak kun fayakun tetapi perlu proses. Ciri-cirinya tertera dalam surat Al Furqon : 63.
rendah hati atau tidak sombong
cuek sama orang yang jahil
sering tahajjud
berdoa/ beribadah pada Allah SWT
menginfakkan harta dijalan Allah SWT dst.

2.Ziinatun: hiasan, perhiasan kehidupan dunia. Al Kahfi : 46
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhan mu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Menyukai perhiasan adalah fitrah manusia. Seperti perhiasan yang suka kita gonta-ganti atau rumah yang suka kita ubah-ubah, mensikapi anak tidak cukup dengan satu sikap. Memperlakukan anak harus berbeda sesuai dengan tahapannya hingga mencapai tujuan Qurrota a’yun. Nikmati semua anak sebagai perhiasan tetapi jangan terlena. Ada orang tua yang terlena, terkesima dan larut menikmati anak sehingga karakter anak tidak terarah.

3.Fitnah. Anak menjadi fitnah atau ujian.
Sedikit menyesatkan hati orang tuanya di mulai sejak anak kecil. Contohnya: anak menghambat orang tua dari sholat tepat waktu, karena anak orang tua tidak hadir ke majlis ilmu dan sebagainya.
Bisa membuat dua orang dewasa bertengkar karena anak, dan orang tua tetap kokoh pendirian bahwa cara dia yang benar mendidik anaknya.
Anak bisa membuat suami istri tidak tegur sapa.

4.Musuh.
Anak menjadi musuh bagi kedua orang tuanya. Surat ‘Abasa (80): 34-37.
“Pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dan dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.”
Anak yang baik di dunia akan menjadi musuh bagi orang tuanya di akhirat.

Masing-masing akan menjadi musuh karena ada hak-hak yang tidak ditunaikan. Ada perselisihan saudara yang tidak selesai. Ada perceraian rumah tangga dan sebagainya.
Orang tua lari dari anaknya di akhirat karena takut dituntut oleh anaknya di hadapan Allah SWT karena ada haknya yang tidak ditunaikan. Suami lari dari istrinya karena takut dituntut dihadapan Allah. Sesama saudara lari dari satu sama lainnya karena di dunia bertengkar dan takut di tuntut di hadapan Allah dan seterusnya. Naudzubillahimindzalik. Sebaliknya kalau sukses menata keluarga masing-masing akan saling mencari.


Seri Rangkuman Ceramah Ustadz Muhammad Saleh Darahim Lc. M.A.
pada Pengajian Ummul Falah, Masjid Al Falah Berlin, September 2009

Saturday, August 21, 2010

HAK SUAMI ATAS ISTRI

Bismillahirraohmaanirrohiim

1). Taat selama suami tidak mengajak maksiat kepada Allah ta’aala.
  • Hadits Rasulullah SAW, “Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah ta’aala.
  • Hadits Rasulullah SAW: “Tidak ada kenikmatan yang paling besar yang Allah berikan kepada seorang laki-laki setelah taqwa selain ketaatan istri yaitu apabila engkau memintakan sesuatu ia taat
  • Surat An Nisaa : 34, “... fa in atho’nakum falaa tabghuu ’alaihinna sabiilaa.“ Artinya “...Apabila mereka sudah mentaatimu maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya.“
  • Hadits Rasulullah SAW: “Kalau seorang suami mengajak istrinya untuk bersenang-senang di tempat tidurnya, dan istrinya menolak, maka malaikat akan melaknat istri itu sampai pagi hari.“
  • Dari Buraidah ra. Rasulullah SAW bersabda: “... wa laa yasjudu ahadun li ahadin minal khalqi, walau kuntu aamiran ahadan bidzalika la amartul mar’ata an tas juda lizau ta’dhi man lil haqqihi.“ Artinya: “... dan tidak boleh seorang sujud kepada seseorang dari makhluk dan andaikata aku akan menyuruh seorang sujud pada orang, tentu saya telah menyuruh isteri sujud pada suaminya untuk menunjukkan kebesaran hak suami.

Hatta suami tidak qowwam, maka amanah istri untuk menjadikan ia qowwam.

HAK ISTRI TERHADAP SUAMI

Bismillahirrohmaanirrohiim

1. Mu'asyarah bil ma'ruf (Bergaul dengan baik)

Istri punya hak untuk diperlakukan dengan baik, hak-hak istri yaitu:
a). Suami harus memberi makan seperti yang suami makan.
b). Suami memberi baju/pakaian, dengan kualitas yang sama seperti
yang suami pakai.
c). Mu'asya bil ma'ruf (memberikan nasehat dengan baik).
Suami punya kewajiban mengarahkan atau menasehati istri ke jalan yang diridhoi Allah ta'aala, sampai sang istri taat. Kalau istri maksiat pada Allah ta'aala (melakukan pelanggaran syariat) suami punya kewajiban pisah tidur. Pisah tidur dengan cara yang baik tanpa menjelek-jelekan, dengan niat bukan bukan untuk menusuk perasaannya, semata-mata untuk menjalankan perintah Allah ta'aala. Itu berlaku selama maksimal 3 hari, dengan tetap suami mengarahkan istri.

BERAKHLAQ KEPADA SUAMI ATAU ISTRI

Bismillahirrahmaanirrohiim 


Ada tipe-tipe suami yang kurang Qowwam, sehingga seorang istri bertanya: Kok begini suami saya? Sedang istrinya lebih cerdas dan terampil mengurus keluarga. Sedang suami hanya kerja dan kerja saja. Maka manfaatkan ini sebagai ladang amal shalih dari istri, sehingga sampai menjadikan suami sebagai qowwam. Berikut ini adalah beberapa hak yang harus diperhatikan antara suami istri:

1. Sama-sama menjaga amanah. Penting untuk dipahami oleh setiap diri bahwa seseorang menjadi suami adalah amanah dari Allah ta’aala untuk melindungi istrinya. Sebaliknya seseorang menjadi istri adalah amanah dari Allah ta’aala untuk menjaga dan mengelola rumah tangga suaminya. Dalam berumah tangga ada beberapa amanah:
*amanah saling menasehati,
kalau seorang suami belum bisa membaca Al Qur’an dengan baik maka ini adalah amanah istri untuk mengajarkan suaminya. Banyak sekali suami-suami yang kurang pandai membaca Al Qur’an dibanding istrinya. Contoh yang seperti ini akan lebih baik jika pasangan kita yang memperbaiki bacaan Al Qur’an kita, daripada malu ditegur oleh orang lain. Ada suami yang tidak terampil mengurus rumah tangga namun dia banyak menggerakkan da’wah, atau suami mengelola amanah sosial yang istri tidak mampu melakukannya, maka suami harus di dukung. Demikian juga sebaliknya, masing-masing berperan sesuai kapasitasnya.

*amanah kejujuran
*amanah keikhlasan.

Kejujuran sangat penting dalam berumah tangga. Namun seringkali suami atau istri menutup informasi tertentu dari pasangannya seperti mengenai pengelolaan keuangan. Bagaimana dengan mengirim sejumlah uang kepada orang tua atau saudara yang membutuhkan dan lain sebagainya, tanpa pemberitahuan dulu kepada suami atau istri? Apakah hal ini termasuk berbohong? Bolehkah?

BERAKHLAQ KEPADA ORANG TUA DAN MERTUA

Bismillahirrahmaanirrahiim

Pada seri yang sebelumnya, telah dibahas bahwa ciri dari Qowwam atau pelindung dalam sebuah keluarga, yang pertama adalah aqidah yang benar, sehingga seorang suami dan istri dapat merealisasikan kalimat tauhid dalam kehidupan rumah tangganya. Ciri yang kedua adalah ibadah yang benar (shohibul ibadah). Sebuah rumah tangga akan merasakan ketenangan (sakinah) kalau di dalam kehidupan rumah tangga itu terasa suasana ibadah.

3. Akhlaq yang Kokoh (Matinul Khuluq)
Akhlaq pada dasarnya adalah refleksi dari iman yang dimiliki seseorang. Namun ada juga orang yang baik imannya dan bagus ibadahnya hanya saja memiliki karakter bawaan yang kaku. Karakter bawaan ini bukan tidak bisa diubah, karena adanya syariat Islam ini untuk merubah akhlaq tersebut. Prinsipnya yaitu bukan seseorang yang minta dipahami bahwa dia memiliki perilaku tersebut, tetapi perilaku itulah yang harus disesuaikan dengan syariat. Contoh yang ada pada zaman nabi adalah sosok Umar bin Khattab yang dikenal paling keras karakternya pada masa jahiliyah, namun setelah mengenal syariat Islam karakternya berubah menjadi lembut.
Akhlaq terbagi menjadi beberapa bagian tergantung kepada siapa manusia berinteraksi.
1) akhlaq kepada Allah ta’aala yang telah menciptakannya, menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Pertanyaannya adalah bagaimana manusia harus berakhlaq kepada Allah? Pada bahasan sebelumnya dijelaskan bahwa seorang qowwam harus memiliki aqidah yang benar. Cara berakhlaq kepada Allah yaitu:

  • taqwa

  • iman.
Menjalankan segala perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya. Akhlaq kepada Allah ini harus diperhatikan karena Allah ta’aala ada di mana-mana dan selalu mengawasi kita.

2) akhlaq kepada sesama manusia, dalam hal ini akhlaq kepada orang tua dan mertua adalah yang utama. Selain kepada orang tua ada yang sering kita lupa bahwa kepada mertua seseorang tidak batal wudhunya, karena mereka sama yaitu orang tua kita juga. Dasar hukumnya:

PONDASI MEMBENTUK KELUARGA ISLAMI



Bismillahirrahmaanirrahiim

Pondasi membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah sangat ditentukan oleh faktor suami dan istri. Pondasi yang pertama adalah Qowwam atau pelindung sebagai syarat yang harus dimiliki oleh seorang suami dan pondasi kedua adalah Sholihah syarat yang harus dimiliki oleh seorang istri. Kedua pondasi ini akan disajikan Insya Allah secara runtun dalam buletin Qalam; Seri Rangkuman Ceramah Ustadz pada Pengajian Ummul Falah.
Qowwam sebagai pondasi keluarga yang Islami harus ada pada seorang suami. Ciri-ciri Qowwam ini terbagi menjadi 10 yaitu:
1. Aqidah yang benar,
yang dimaksud dengan aqidah yang benar ini adalah iman yang kokoh atau tauhid yang benar. Bagian dari rukun iman (arkaanul iman) yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari Kiamat dan Iman kepada takdir Allah.

Salah satu tanda dari iman yaitu diucapkan dengan lisan (“qoulun billisan”), dengan mengucapkan “laa ilaaha illallah“, yang artinya tidak ada ilah melainkan Allah. Pondasi inilah yang akan menjadi dasar dan mewarnai kehidupan keluarga selanjutnya.
Selama ini kita sudah mengenal arti “ilah” sebagai; yang di ibadahi, yang mencipta (langit dan bumi dan segala isinya), tempat berlindung, tempat meminta (rizki), tempat meminta ampunan. Sedangkan makna kata “ilah” dalam bahasa arab adalah segala sesuatu yang menguasai di dalam hati kita yang menimbulkan: rasa yang sangat berlebihan (kullun mayya’malun qolbu), seperti:


  • rasa takut (khouf) yang berlebihan,


  • rasa harap (roja) yang berlebihan,


  • rasa cinta (hubba) yang berlebihan.

Dengan pemahaman ini maka seorang istri tidak akan takut kepada suami, atau seorang suami tidak akan takut kepada istri, tetapi baik istri atau suami maka akan takut hanya kepada Allah ta’aala. Inilah yang menjadi landasan kehidupan suami istri.

Thursday, August 19, 2010

Doa Meminta Surga dan Perlindungan dari Perkataan dan Perbuatan yang Jelek

عَلَّمَهَا هَذَا اَلدُّعَاءَ: { اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ, عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ, مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ, وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ, عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ, مَا وَعَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- أَنَّ اَلنَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ, اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ, وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ, اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ اَلْجَنَّةَ, وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ, وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ, وَمَا قَرَّبَ مِنْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ, وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا } أَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَهْ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ, وَالْحَاكِمُ . (2) .

Dari Aisyah ra, bahwasanya Nabi saw mengajarkan beliau doa ini: “Allahumma inni as’aluka minal khairi kullihi, ‘aajilihi wa aajilih, ma ‘alimtu minhu wama lam a’lam. Wa a’udzu bika minas syarri kullihi, ‘aajilihi wa aajilihi, ma ‘alimtu minhu wama lam a’lam. Allahumma inni as-aluka min khairi ma sa-alaka ‘abduka wa nabiyyuka, wa a’udzu bika min syarri ma ‘aadza bihi ‘abduka wa nabiyyuka. Allahumma inni as-alukal jannah wa qorraba iliha min qaulin au ‘amal, wa a’udzu bika minan naar, wama qorraba ilaiha min qaulin au ‘amal, wa as-aluka an taj’ala kulla qadha-in qodhaitahu li khairan.” 

(Ya Allah, sesungguhnya aku meminta semua kebaikan kepada-Mu, baik yang segera maupun yang akan datang, apa yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui, dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan, baik segera maupun yang akan datang, apa yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikan yang diminta oleh hamba-Mu dan Nabi-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang minta dihindarkan oleh hamba-Mu dan Nabi_Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada_mu surga dan segala hal yang mendekatkan kepadanya baik perkataan maupun perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala hal yang mendekatkan kepadanya baik kata maupun perbuatan. Dan aku memohon kepada-Mu agar keputusan yang Engkau tetapkan kepadaku semuanya adalah baik).