Wednesday, March 3, 2010

Herzlich Wilkommen zum Islam

"Ayo ikut ke masjid!," ajak Mas Humam. "Untuk apa aku ke masjid Mas? Aku ngapain di sana?" Hafsah balik bertanya. "Ikut saja!," Mas Humam kembali mengajak. "Di sana laki-laki semua!" seru Hafsah. Biasanya Mas Humam selalu menolak jika Hafsah ingin ikut ke masjid bersamanya, alasannya di sana cuma laki-laki semua. Kali ini berbeda. Ia terus menerus mengajak Hafsah."Ayo ikut!" katanya lagi. "Kalau laki-laki semua bagaimana?" Hafsah bertanya memastikan. "Ya tunggu saja di luar," Jawab Mas Humam sambil bercanda. "Hahaha...aku tunggu di luar ?!" Hafsah menjawab canda suaminya sambil matanya melotot lucu.

Hafsah merasa suaminya ingin sekali dia ikut. "Aneh, sampai tiga kali mengajak!." seru Hafsah dalam hati. "Ya sudahlah, ikut saja," katanya. Ia segera mengenakan pakaian khawatir nanti terlambat sholat Isya di masjid.

Sampai di Masjid Al Falah seperti dugaan Hafsah. Sholat Isya sudah dimulai, imam baru membaca Al Fatihah pada rakaat pertama. Hafsah membuka gorden hijau yang menutupi pintu antara ruang dapur yang harum penuh kelezatan masakan Pak Pandit dan serambi yang berhias rak-rak berisi dagangan Toko Masjid.

Ada satu perempuan Jerman sedang duduk sendiri. "Oh mungkin kawannya student yang sedang berkunjung," pikirnya. "Halo," Hafsah memberi salam. Perempuan itu menjawab salam tadi sambil tersenyum. Masih ada satu perempuan lagi sedang sholat mengikuti jemaah. "Neli, gadis Au Pair itu," seru Hafsah di hati. Syukurlah, rupanya ia tidak sendirian.

Selesai berwudhu, Hafsah memilih mukena dan berdiri merapatkan tumitnya ke tumit Neli. Merapatkan bahunya dengan bahu Neli agar barisan sholat berjamaah benar-benar sesuai yang dicontohkan Nabi SAW.

"Kok ada laki-laki yang sholat sendirian di baris belakang? Dia tidak menepuk bahu salah satu laki-laki dari barisan depan untuk menemaninya pada shaf kedua. Sementara shaf pertama sudah panjang. Aneh." Seru Hafsah dalam hati. "Mungkin laki-laki itu belum tahu hukumnya atau dia tamu," Hafsah menebak-nebak dalam hati.

Kemudian terdengar gemericik air dari tempat wudhu. "Ah mungkin ia sedang menunggu kawannya yang berwudhu," lanjutnya dalam hati "Sudahlah aku sendiri juga masbuk, karena tertinggal satu rakaat," Hafsah menghentikan komentar-komentar hatinya. Ia mulai konsentrasi untuk sholat Isya berjamaah.

Selesai sholat Neli menyapanya dengan ramah. Gadis itu kangen rupanya. Lama tidak berjumpa. Kemudian Neli pergi ke ruang serambi.

Pak Diwan datang menghampiri Hafsah. "Nanti ada yang mau masuk Islam," kata Pak Diwan. "Tolong ya, Hafsah menjabat tangan dia," pintanya lanjut. Hafsah merasa heran, mengapa ia yang menjabat tangan. Haruskah membaca syahadah masuk Islam disertai dengan menjabat tangan?. Bukankah seperti biasanya kalau yang masuk Islam laki-laki maka semua jemaah laki-laki akan menjabat tangannya?. Mengapa Pak Diwan meminta dia?. Jangan...jangan...Pikirannya menduga-duga apa perempuan yang tadi disapanya.

"Loh yang mana Pak, yang mau masuk Islam? Mengapa saya yang harus menjabat tangan?" Hafsah bertanya-tanya beruntun ingin memastikan. "Perempuan yang di depan itu," jawab Pak Diwan. Benar dugaan Hafsah!. "Tidak mengapa, menjabat tangan hanya untuk menguatkan saja, supaya dia ditemani," Pak Diwan menjelaskan. "Oh begitu maksudnya, saya menjabat tangannya sewaktu dia membaca syahadah... begitu Pak?," Hafsah memastikan lagi. "Iya," jawab Pak Diwan.

"Iya Mba Hafsah, itu perempuan yang di depan. Tadi Neli baru kasih salam sama dia," kata Neli dengan riang. "Yang di depan itu yang mau masuk Islam ya..." Hafsah segera berdiri dan berjalan ke ruang serambi untuk menyambut gadis berambut ikal berwarna pirang. Posturnya tidak terlalu tinggi besar untuk ukuran gadis Jerman, posturnya mirip seperti student-student perempuan Indonesia. Hanya warna kulitnya dan raut wajah khas Jermannya yang berbeda.

Ia sedang duduk bersebelahan dengan seorang laki-laki Indonesia yang Hafsah tidak pernah melihatnya sebelum itu di masjid. Laki-laki itu adalah yang sholat seorang diri di belakang shaf pertama tadi. Benar dugaan Hafsah. Rupanya ia memang tamu.

"Mas...kawannya?" tanya Hafsah ramah kepada laki-laki itu sambil mengarahkan tangannya ke perempuan Jerman itu. "Ya, saya kawannya" jawabnya. "Mas namanya siapa?" tanya Hafsah dengan santai. "Yuli," jawabnya. "Mas Yuli dalam rangka apa di sini? apakah student?" sambung Hafsah ringan. "Saya berkunjung ke sini mba cuma satu bulan mba," jawabnya menerangkan. "Oh..." sambut Hafsah ramah dan mengarah pada perempuan Jerman itu. "Halo, ich bin Hafsah, Wie heissen Sie?" tanya Hafsah padanya. "Halo, ich bin Nora" jawabnya. "Aaah itu, dia menyebut namanya," Bisik Hafsah senang di dalam hati.

Hafsah jadi teringat beberapa perempuan Jerman yang menjadi jemaah Masjid Al Falah ini. Mungkin bisa dikenalkan. "Woher kommen Sie?" tanya Hafsah lanjut. "Aus Deutschland," jawab Nora sambil tersenyum. "Ich meinte, aus welche Stadt?" tanya Hafsah ringan. "Leipzig," jawab Nora terus tersenyum. "Aha...,ada Azizah yang juga dari Leipzig," seru Hafsah bersemangat. "Azizah auch Deutsche. Du muss mit Azizah kennen lernen," sambung Hafsah.

***

Pak Diwan mempersilahkan Nora menuju ke ruang tengah masjid. Di sana sudah tersusun meja kecil dengan kursi pendek. Nora duduk di kursi pendek itu. Hafsah mendampinginya. Sementara Pak Diwan menjelaskan tentang pernikahan Islam antara warganegara Jerman dan warganegara Indonesia dan proses administrasinya di standes amt Jerman dan di KBRI. Rupanya Nora ada keinginan untuk menikah segera dengan Mas Yuli. Jikalau semuanya berjalan lancar ia ingin menikah hari Jum'at ini juga. Dua hari lagi.

Hafsah meminta agar semua jemaah berkumpul di ruang tengah masjid untuk menjadi saksi. Hafsah memakaikan kerudung ke atas kepala Nora. Ia terlihat lebih cantik dengan kerudung itu. Pak Sayid kemudian bersiap untuk memimpin persaksian ini. Ada selembar kertas bertuliskan dua kalimat shahadah di letakkan di hadapan Nora. Pak Sayid mengucapkan kalimah shahadah ini yang kemudian di ikuti oleh Nora yang berjabatan tangan dengan Hafsah.

"Ashadu ala ilaha illa llah wahdahu laa syarika lah, wa ashadu annna Muhammadanm abduhu wa rasuluh." (Ich bezeuge, dass es keine Gottheit gibt ausser Allah, dem Einzigen, Der keinen Partner hat; und ich bezeuge, dass Muhammad Sein Diener und Gesandter ist.)

Keharuan segera menyelimuti ruang tengah masjid dan relung-relung hati. Di selepas Isya itu sebanyak lima belas orang menjadi saksi kembalinya Nora kepada fitrah yang suci. Fitrah yang telah diikat perjanjiannya oleh semua ruh manusia di dalam rahim ibunya kepada Allah Subhanahuwata'ala untuk hanya menyembah kepadaNya (1). Nora melepaskan diri dari keyakinan seluruh anggota keluarganya yang atheis untuk membuka hatinya kepada cahaya Islam. Ia sekarang seperti seorang bayi yang baru terlahir kembali. Dengan kejernihan hati tanpa dosa bagaikan lembaran kain yang putih bersih.

Nora ternyata sudah bisa melafalkan syahadah dengan benar. Meskipun tanpa teks, ia sudah bisa melafalkan syahadah dengan tepat. Sebelumnya ia sudah melatih dirinya dengan baik.

Pak Sayid kemudian membacakan doa-doa yang disambut dengan khusyu oleh para jemaah semuanya.

Para jemaah perempuan memberi selamat kepada Nora, "Herzlich wilkommen zum Islam, meine Swchester." Sebuah Al Qur'an dari masjid Al Falah dan sebuah jilbab dari Ummul Falah khusus untuk Nora. "Deine erste Kopftuch," kata Hafsah sambil tersenyum. Nora tersenyum menyambut dan belajar memakainya.

Tidak lupa Nora menuliskan kesan-kesannya di Gästebuch Masjid Al Falah yang berlapis hitam. Penuh keramahan. Demikian kesannya. Ia merasa diterima di masjid ini.

***

"Untuk apa aku ke masjid Mas?" pertanyaan yang terlintas tadi sekarang telah terjawab. Hafsah sekarang menyadari mengapa Allah Subhanahuwata'ala membuat suaminya mengajak ia datang ke masjid malam ini. Ia dan suaminya tidak mengetahui, rupanya malam ini Allah Subhanahuwata'ala menganugerahkan mereka untuk menjadi saksi bagi seseorang yang kembali kepada Tuhannya. Allahu Akbar.

***

Ket (1) surat Al A'raf (7):172

Cerpen oleh Munaya Fauziah, Kamis, 4 Februari 2010, 01:41 CET


Related Posts:
Terima Kasih Kau Telah Cemburu
Tunggu Saya Di Surga (Wir Sehen Uns Im Himmel)
SEORANG KADET JERMAN DAN SHOLAT

1 comment:

  1. Rabu, tanggal 3 Maret 2010 sekitar jam 08.00 malam telah masuk Islam di masjid Al Falah seorang perempuan Jerman asal Leipzig, bernama Nora Zimmermann :) Allahu Akbar.

    ReplyDelete