Friday, January 1, 2010

ZENIA TKW DARI LABUAN BATU

Bola matanya yang hitam dengan bulu mata asli yang lentik memandangi pohon-pohon yang seolah-olah berlari kearahnya menjemput hatinya...Indahnya langit seakan menceritakan keindahan perasaan jiwanya saat itu. Duduk mendampinginya di atas ICE (Inter Continent Express) seseorang yang akan menjadi teman mengarungi hidup selamanya. Terasa lama perjalanan empat jam itu. Ia ingin segera sampai di Berlin!.
***
Berkerudung putih sederhana, berbaju ungu senada dengan roknya duduk bersama jemaah lain di ruang Masjid Al Falah. Ia sedang menyaksikan Herbert Rahni sedang mengucapkan dua kalimat syahadah (Glaube Erkennist). Pria Jerman itu menyatakan dirinya masuk Islam di Masjid Al Falah ini di Berlin.


Mengingat perjalanannya yang panjang dan melelahkan menjadi tiada artinya ketika akhirnya ia menatap pria itu mengucapkan syahadah di sini. Di hadapannya dan juga dihadapan jemaah masjid yang hadir saat itu.



***
"Pak, apa bapak sudah mengirimkan uang untuk pembayaran Balai?" tanya Zenia di gagang telpon kepada Bapaknya. "Sudah, nak! Bapak sudah Bayar, Bapak sudah kirim uangnya!." sambut Bapaknya. Zenia lega. Ia sekarang sedang di Balai Pelatihan Tenaga Kerja Indonesia di Pasuruan Jawa Barat. Ada beberapa pelatihan yang harus diikutinya sebelum dirinya di berangkatkan bekerja di negara arab. Entah di negara mana ia akan mendapatkan tempat kerja nantinya.


Zenia rela meninggalkan suami dan kedua anaknya di tanah kelahirannya untuk bekerja di negara arab. Harapannya adalah mendapatkan kesempatan hidup lebih baik dengan gaji yang akan diperolehnya. Tidak sedikit uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan tiket bekerja di arab. Bapaknya sudah banyak juga mengeluarkan uang untuknya. Nanti kalau ia sudah menerima gaji dari majikan ia akan mengganti semua uang Bapak yang dipinjam.
***
Perempuan setengah baya itu mematut dirinya di depan cermin. Ada kerudung rapat di kepalanya. Sekarang ia berada di negara arab tepatnya Kairo. Majikannya tinggal di sana. Beberapa kawannya yang lain di kirim ke berbeda-beda negara tujuan. Sudah tidak tahu lagi kabarnya.


Majikannya adalah seorang pria arab yang istrinya sudah meninggal. Ia bekerja di kedutaan salah satu negara Timur Tengah. Anaknya laki-laki sudah dewasa. Majikannya tidak pernah menyentuhnya, tidak seperti yang ia dengar dari banyak berita. Bahwa TKW di negara arab sering diperkosa majikannya. Tidak demikian. Bersyukur dia tidak diperlakukan seperti itu.
***
Zenia melakukan pekerjaannya sehari-hari membersihkan rumah dan segala pernak perniknya. Rumah yang besar. Ia selalu memakai pakaian yang tertutup rapat di dalam rumah. Ia hanya berusaha menjaga dirinya. Tidak seperti TKW lain di sekitarnya yang sering kali pakaiannya tidak menutup seluruh auratnya.
***
Selama dua tahun bekerja di Kairo, Zenia tidak memegang paspornya sendiri. Paspornya dipegang oleh majikannya. Sedangkan pembayaran gaji yang dia harap-harapkan juga tidak diperoleh. Demikianlah selama dua tahun di Kairo, ia tidak bisa pergi kemana-mana.
***
Dari negara pyramid itu, Zenia dibawa serta oleh majikannya yang naik jabatan pindah ke pinggiran tembok Berlin. Tepat di Postdamer Platz daerah dimana ia tinggal. Lokasi elit dengan harga appartement yang mahal. Hanya pejabat negara dan orang-orang kaya yang bisa menyewa appartement di sana. Tidak cukup itu, majikannya masih memiliki dua rumah lagi yang besar-besar di Postdam dan di tengah kota.


Setiap lima hari ia berkeliling dari satu rumah besar itu ke rumah besar lainnya untuk mengerjakan segala sesuatu. Terkadang ia sampai lupa makan karena terlalu banyak yang harus dikerjakan. Semua pekerjaan itu seperti tak henti-henti sampai memaksanya sering tidur terlalu larut malam.


Seperti di daerah sub tropis lainnya, kota ini memiliki empat musim yang berbeda. Musim dingin paling mendera fisiknya. Zenia tidak punya cukup pakaian yang tebal untuk memasuki musim dingin itu. Hawa dingin sering kali menusuk-nusuk sampai ke tulang-tulang. Sementara baju persedian yang ia bawa dari kampung juga banyak yang sudah rusak alih-alih menyatakan yang sebenarnya, robek-robek. Entah mengapa majikannya tidak membelikan ia pakaian baru. Ia juga tidak memintanya. Seperti kebanyakan perempuan asia lain yang jarang menuntut. Bahkan parahnya tidak menuntut sesuatu yang sebetulnya memang menjadi haknya. Baginya adalah jika majikannya memiliki perasaan dan fikiran tentu saja dia tidak diperlakukan seperti ini. Majikannya tentu saja punya otak yang seharusnya bisa berfikir tentang hal itu.


Hidup kini seperti berada di tangannya majikan. Di dalam kamar satu itu, sering ia dikurung. Hanya di beri sedikit makan. Tidak ada tempat mengadu, bagaimana bisa, selama ini ia hanya diperbolehkan masuk ke kamar tidurnya yang kecil dan dingin ini setelah semua pekerjaannya selesai. Bila ada kesalahan sedikit saja dari yang dikerjakannya, tidak segan-segan majikan itu memukulnya. Majikan akan mengunci semua pintu keluar rumah. Sering terbayang di fikiran wajah ayah, anak-anak, suami, dan anggota keluarga lain yang ia tinggalkan di kampung di Labuan Batu. Harapan untuk memperoleh kehidupan yang baik dari gaji yang diperolehnya, serasa hanya impian.


Fisiknya semakin lemah dari hari ke hari. Rasa dingin yang mendera. Beban fikiran akan nasib diri dan keluarganya di tanah asal terus menerus mengkoyak-koyak perasaan. Sementara pekerjaan yang harus dilakukan juga tidak berkurang. Batuk parah mendera.


Beruntung Zenia tidak pernah lupa akan sholat. Baginya hanya sholat yang bisa menolong, di mana ia bisa mengadu kepada Tuhan mengenai nasib diri dan harapan-harapan. Bukankah Allah tempat berharap semua orang yang mengharap. Ia yakin itu. "..'ud 'uunii fastabjib lakum.." ...berdoalah padaku niscaya akan Aku kabulkan..." Begitu yang ia dengar dari seorang ustadz di kampung dulu.
***
Dua setengah tahun bibit-bibit penyakit itu menggerogoti fisiknya. Kadang batuknya sudah terlalu panjang dan berdarah. Akhirnya ia tak sanggup lagi. Tergolek tak berdaya di kamar itu yang kecil dan dingin. Badannya sangat kurus.


Ia bertanya pasrah, "Ya Allah apakah saya akan mati disini?". Di kota internasional jauh dari kampungnya, di rumah elit, di kamar yang kecil dan dingin. "Berilah hamba pertolongan, berilah hamba kebaikan-kebaikan di dunia dan berilah hamba kebaikan-kebaikan di akhirat." Zenia berdoa dalam lemah sakitnya. Doa adalah senjata bagi orang beriman.


Sakit parahnya membuat majikan terpaksa menyuruh anaknya membawa Zenia ke rumah sakit. "Pasien ini menderita Tuberkulosis" kata dokter menjelaskan kepada anak majikannya. Ya Zenia mengidap penyakit kronis yang sudah menahun.
***
Tidak banyak kasus tuberkulosis di negara Jerman, bahkan sangat-sangat jarang. Apalagi Zenia adalah orang asing. Setiap orang asing diharuskan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sudah ditentukan prosedurnya sebelum orang asing itu mengajukkan asuransi kesehatan untuk masuk ke negara ini. Zenia adalah perempuan desa yang sederhana tidak berpendidikan tinggi. Bahasa Inggris ia tidak mampu. Bahasa Arab hanya sedikit saja yang dikuasainya. Dari statusnya diketahui ia adalah pekerja.


Tuberkulosis bisa saja terjadi pada seseorang yang kurang zat-zat gizi, stress, di tambah lagi dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat untuk orang itu. Sehingga bakteri yang memang pada awalnya sudah ada dalam dirinya menjadi bebas berkembang biak. Menjelma menjadi batuk berdarah kronis.
***
"Selamat siang! BANG YI!", kata suara di seberang telpon. "Selamat Siang!" kata dokter yang menangani Zenia. "Saya Dokter Wolfgang, Saya ingin bicara dengan Frau Schroeder." Setelah menunggu beberapa saat Dokter Wolfgang akhirnya terhubung dengan perempuan yang dimaksud. Ia adalah penanggung jawab di Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional BANG YI Divisi Perlindungan Terhadap-Pelanggaran Hak-Hak Pekerja Perempuan dan (Trafficking) Perdagangan Perempuan tersebut.
***
"Mbak Zenia sekarang tidak perlu risau lagi, kami akan membantu Mbak mendapatkan hak-hak Mbak yang sudah bekerja selama ini." Kata Eva Schneider orang Indonesia yang diminta LSM tersebut menjadi penterjemah khusus baginya. Zenia menyebut LSM itu sebagai Rumah Pelindung.


Sejak saat itu keberadaan Zenia dan namanya dirahasiakan dan hanya diketahui oleh LSM BANG YI dan pihak-pihak yang terkait sesuai hukum pemerintah Jerman. Meskipun ia orang asing namun biaya hidupnya untuk sementara ditanggung oleh Sosial Amt, lembaga sosial milik pemerintah Jerman. Rumah Pelindung yang telah mengerjakan semua ini untuknya.

Setidak-tidaknya ia sudah bisa bebas dari rumah majikannya sekarang. Eva mengatakan padanya bahwa Rumah pelindung akan membantunya agar ia bisa menerima pembayaran dari majikannya selama ia bekerja. Empat setengah tahun ia bekerja keras dan menderita. Ia berhak atas gajinya selama itu!.
***
Sekarang ia ingin sekali menelepon ayahnya di kampung di Labuan Batu. Ia ingin memberi tahu khabarnya kepada ayah dan keluarganya. Sudah lama sekali ia tidak mendengar suara ayahnya. Pasti mereka sangat khawatir akan keadaan dirinya.

"Bapak, ini saya, Zenia" katanya seolah memuntahkan gumpalan perasaan yang terpendam. Bapaknya terdiam. Perasaan laki-laki tua itu berkecamuk mendengar suara anak perempuannya dari telepon itu. Bertahun tahun bapak tua itu menunggu-nunggu anaknya pulang. Tidak ada khabar berita. Ia menyangka anaknya sudah mati. "Kapan kamu pulang nak?" Bapaknya bertanya, suaranya bergetar. "Saya belum bisa pulang Pak, Saya di rumah sakit? Doakan saya Pak!" kata Zenia meminta. Menyesal ia mengijinkan anak perempuannya itu pergi bekerja ke negara arab. Sekarang anaknya jauh di negara yang ia tidak pernah tahu. Hanya sesekali mendengar namanya saja. Anaknya dalam keadaan sakit. Menderita. Betapa benar berita di koran-koran yang menyatakan pekerja perempuan Indonesia dianiaya di luar negeri. Ia tidak bisa menolong anaknya!.

Zenia mendengar khabar dari ayahnya bahwa ia telah disangka mati. Orang-orang di kampungnya menyangka ia telah mati karena keluarganya tidak pernah lagi mendengar khabar tentang dirinya. Bapak juga telah mencari tahu khabar tentang dirinya ke Balai Pelatihan Tenaga Kerja di Pasuruan, namun tiada berita yang diterima. Suaminya sudah menikah lagi. Kedua anaknya ikut bersama suaminya.

Zenia terdiam.
***
"Ustadzah, maaf pagi-pagi saya sudah nelpon" kata suara itu. "Pagi ini saya membaca koran." lanjutnya "Ini, ada beberapa koran Jerman yang menyebutkan ada seorang pembantu rumah tangga berasal dari Indonesia yang bertahun-tahun dipekerjakan oleh orang arab tetapi tidak dibayar." Ibu itu kemudian menyambung ceritanya " Rumahnya di Postdamer Platz. Ini bahkan ada foto gedung appartement nya." Katanya panjang lebar.

Hari itu pembicaraan ibu-ibu di pengajian masjid Al Falah Berlin ramai membahas Zenia. Ustadzah di masjid itu meminta ibu-ibu jemaah untuk lebih peduli dan mencari tahu keberadaan perempuan sesama Indonesia yang ada di sekitar mereka yang kemungkinan memiliki nasib serupa Zenia. Terutama bila ibu-ibu tersebut memiliki kenalan perempuan-perempuan arab yang memiliki pekerja perempuan Indonesia.

Zenia mungkin tidak tahu bahwa hanya beberapa meter dari tempat ia tinggal di Postdamer Platz beberapa warga Indonesia juga menetap di sana. Empati mengalir.

Sampai beberapa kali dalam beberapa minggu pemberitaan tentang penganiayaan terhadap Zenia masuk ke berita-berita di koran Jerman. LSM BANG YI sengaja mengundang banyak wartawan di Jerman untuk menekan majikan Zenia melalui media massa agar majikan itu membayar gajinya selama ia bekerja. Berita tentang Zenia pembantu rumah tangga Indonesia yang mengalami penganiayaan ini juga masuk ke koran-koran dan televisi di tanah air. Identitas dirinya yang disampaikan di media masa dirubah demi pertimbangan keselamatan.
***
Mengapa pemberitaan ini sangat penting hingga masuk ke media masa secara meluas di Jerman? Bukankah kasus Zaniatí bisa diselesaikan secara hukum tanpa harus mengeksposnya secara besar-besaran sehingga tidak ada penyimpangan interpretasi dari orang yang membacanya. Inilah cara terakhir yang dilakukan LSM BANG YI untuk menolong Zenia.

Majikan Zenia adalah pekerja kedutaan yang bebas dari proses hukum. Oleh karena itu LSM BANG YI, mempermalukan majikan Zenia dan negaranya sekaligus melalui media massa yang dampaknya tentu saja sangat luas untuk memperoleh hak-hak Zenia.

Negosiasi pertama yang diajukan LSM BANG YI kepada majikan Zenia tidak berhasil. Majikan tersebut tidak mau membayarkan hak-hak Zenia selama bekerja padanya. Majikan itu juga tidak mau membayar sejumlah sesuai masa kerja Zenia selama empat setengah tahun. Akhirnya setelah begitu banyak media masa memuat berita tersebut, Zenia mendapatkan juga pembayarannya, tetapi hanya selama dua setengah tahun selama ia berada di Jerman. Proses hukum Jerman hanya bisa menyelesaikan kasus yang berada dalam wilayah negaranya. Masa kerja Zenia selama dua tahun di Kairo tidak mendapatkan kompensasi apapun dari majikan.
***
Zenia diperbantukan untuk menjaga anak-anak (kinderbetreung) di salah satu Taman Kanak-Kanak di daerah Turmstrasse. Rumah Pelindung yang mencarikan ia pekerjaan. Setiap hari ia berjalan kaki dari tempat tinggalnya yang baru ke tempat kerjanya melewati sebuah taman.
***
Hidupnya sudah berbeda sekarang. Ia merasa Allah Subhanahuwata'ala mendengar doa-doanya. Zenia ingin sekali menengok keluarganya di Labuan Batu. Ia merencanakan pulang untuk menengok keluarganya.
***
Tak ada seorang tetangganya yang berani menyapanya. Semua diam. Sepengetahuan mereka, Zenia sudah meninggal di luar negeri. Tiba-tiba sekarang Zenia muncul dan berjalan ke arah rumahnya.

Bersambung.............

2 comments:

  1. Assalamualaikum Wr.Wb.
    Mulai sekarang, aku bakal sering2 nih Mba berkunjung ke blognya Mba Naya. Cerpen2nya bagus sih, bnyak hikmah yg tersirat ^^

    Kasian Mba Zenia itu ya, koq tega2nya ada orang yg nge-dzalimin dia. Memang, majikannya itu tidak menganiaya secara fisik, tapi secara batin, iya.
    Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, teraniaya. Tuh manusia Arab, bisa2nya gak bayar kewajiban dia! Kayak gak punya perasaan! Udah cuma bayar 2,5 thn gaji, itu pula selama di Jerman! Keseeell aq sampe ubun2!

    Syukur,Zenia mendapatkan bantuan dr LSM di Jerman untuk menuntut haknya slama ini, berkat pertolongan Allah SWT tentunya.

    Ditunggu lanjutannya, Mba.

    ReplyDelete
  2. kamu nulis toh di comment sy br lihat he3x...makasih ya Lydia :)luv u

    ReplyDelete