Wednesday, December 30, 2009

AKU TIDAK TAKUT MATI !!

Banyak cara orang untuk mengakhiri hidupnya. Ambillah contoh Jepang sebagai negara Asia dengan tingkat bunuh diri yang tinggi mulai sejak umur kanak-kanak juga pada umur dewasa. Itulah sebabnya buku yang berjudul “101 Cara Untuk Mati”, laris manis di Jepang. Lain kisah dengan Negara Finlandia, dimana tingkat bunuh diri masyarakatnya juga tinggi yang usut diusut ternyata salah satu sebabnya karena kurangnya cahaya matahari banyak membuat masyarakatnya menjadi depresi dan akhirnya memilih untuk menamatkan hidupnya.

Lain di Jepang, lain di Finlan, lain juga di Berlin. Saya teringat pengalaman menarik sewaktu membeli perlengkapan makan di Al Rasyad. Pemiliknya bisa dikatakan adalah perokok berat karena dia merokok sekitar 1 sampai 2 bungkus per hari. Seorang ibu yang mendampingi saya bertanya padanya, tentunya dalam bahasa Jerman, yang kemudian saya terjemahkan kira-kira seperti berikut ini.

„Apakah anda Herr Rasyad?“ yang ditanya pun menjawab „Ya“ sambil menghisap rokoknya dengan santai dan menjaga wibawa. Si ibu kembali berkata dengan mimik serius seolah sedang mengingatkan „Anda seharusnya tidak merokok, karena merokok tidak baik untuk kesehatan anda!“ sontak Herr Rasyad terdiam sejenak sambil tetap menjaga wibawanya kemudian menjawab dengan nada datar „Apa anda pikir saya tidak tahu itu !!“.



Kontan saya dan salah seorang pegawai disana yang berusia separuh baya tertawa sambil menahan senyum, dan kami semua akhirnya tertawa kecuali si ibu tersebut yang menjadi bingung. Saya kagum juga pada ibu itu, pikir saya pertanyaan itu polos dan berani. Saya tidak tahu apa yang dipikirkan oleh pegawai itu sampai dia tertawa, tetapi yang jelas tertawa kami mencairkan suasana.

Merokok jelas-jelas salah satu cara untuk mempercepat kematian. Mati dengan nikmat, bahkan bisa bermain-main sambil menjentik-jentikkan puntung rokok, ngobrol-ngobrol dengan kawan sambil menghisap 4000 jenis racunnya dalam-dalam. Cobalah kita menyimak hasil-hasil penelitian berikut ini.

American Cancer Society meneliti selama 6 tahun pada 1,5 juta pria di Amerika (Hammond, 1966), penelitian lain dilakukan selama 40 tahun mengenai faktor yang berkaitan dengan kematian yang diteliti dari sejumlah 34.000 dokter di Inggris (Doll et al, 1994) dan penelitian selama 26 tahun pada 290.000 veteran AS (McLaughlin et al, 1995), begitu banyaknya orang yang diteliti ternyata semuanya menunjukkan bahwa jumlah angka kematian karena kanker paru sampai 20 kali lipat dibandingkan orang yang tidak merokok.

Wuaah betapa lezatnya asap kematian. Lalu bagaimana orang --yang tidak mengetahui betapa lezatnya asap kematian tadi-- bisa melarang orang yang tahu lezatnya asap kematian. Orang yang tahu lezatnya asap kematian TIDAK TAKUT MATI !! Mereka bahkan dengan rela menyediakan nyawanya agar dapat dicabut lebih cepat dari yang semestinya alias bunuh diri secara tidak langsung. Padahal bunuh diri sama dengan membunuh seluruh umat manusia.

Cabut mencabut nyawa adalah sifat qudrah dan irodah Tuhan !! Alias ketetapan dan kehendak Tuhan !! Lah kok berani ya orang yang TIDAK TAKUT MATI ini menyodor-nyodorkan nyawa agar lebih pendek dari mungkin yang semestinya. Istilah slebornya, Tuhan menetapkan dan berkehendak agar umur saudara panjang, lah kok saudara malah memaksa-maksa minta korting.

Dari tiga penelitian yang dipaparkan sebelumnya, kanker paru banyak terjadi pada pria karena mereka lebih banyak merokok atau juga lebih sering merokok. Kaum perempuan jangan tenang-tenang dulu karena ternyata ada juga hasil penelitian selama 4 tahun yang dilakukan Garfinkel dan Stellman pada tahun 1982-1986 dari sejumlah 600.000 perempuan di Amerika Serikat mewakili American Cancer Society yang menunjukkan bahwa perempuan merokok berisiko 12,7 kali menderita kanker paru dibanding yang tidak merokok. Di Amerika Serikat, merokok sigaret bertanggung jawab pada 90% kanker paru pada pria dan 79% pada wanita (Surgeon General, 1989).

Orang yang TIDAK TAKUT MATI bisa saja berkilah dari hasil-hasil penelitian itu –alih alih mengatakan bahwa itu adalah petunjuk-petunjuk dari Tuhan atau ayat-ayat Tuhan--, bahwa hasil itu hanya untuk ras kulit putih. Namun penelitian pada ras asia yang dilakukan di Cina (Gao et al, 1988) pada 1.400 pasien kanker paru dan 1.500 kontrol, menunjukkan bahwa efek intensitas (seringnya merokok) dan durasi (lamanya merokok) adalah efek yang masing-masing berdiri sendiri.

Sehingga jika orang yang TIDAK TAKUT MATI menghisap rokok lebih sering dan/atau juga lebih lama maka risiko untuk menikmati kanker paru menjadi 4 kali lipat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ketika jumlah rokok yang dihisap disamakan dengan jumlah rokok yang dihisap oleh orang Eropa, risikonya tetap sama. Bahkan pada ras kulit hitam di Amerika Serikat yang memiliki kebiasaan merokok menthol hasil penelitian menunjukkan risiko kanker paru tetap sama, baik pada perokok mentol atau bukan menthol (Kabat dan Herbert, 1991).

Celakanya lagi orang yang TIDAK TAKUT MATI ini juga memaksa orang lain untuk segera mati juga, terutama rekan-rekan disekitarnya bahkan pada keluarga terdekatnya seperti istri dan anaknya. Berbagai hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa risiko kanker paru meningkat 39% pada wanita bukan perokok yang suaminya merokok. Risiko kanker paru meningkat dengan kenaikan jumlah rokok yang dihisap suami, 70% lebih wanita ini sangat berat terpapar.

Dilihat dari penyebab kanker, asap tembakau mengandung banyak bahan mutagen, karsinogen, serta agen toksik lain dan semua bahan ini berkaitan dengan penyebab kanker yang terkadang lebih tinggi dari asap mainstream yang dihisap. Nikotin dan hemoglobin 4 aminobiphenil yaitu karsinogen pada asap rokok dideteksi ada pada perokok pasif. Hemoglobin 4 aminobiphenil juga ada pada fetus yang ibunya merokok. Jika dibandingkan kadar kotinin seseorang maka diketahui perokok pasif sama dengan menghisap 1.5 rokok sehari.

Saya masih teringat sewaktu bekerja di Jakarta dulu, salah seorang pimpinan saya yang saya sangat hormati, beliau menyingkirkan rokoknya jika beliau berada satu ruangan dengan seorang ibu hamil. Setidaknya beliau masih punya etika untuk tidak membunuh perlahan-lahan sebuah janin. Namun sedihnya saya tidak kuasa menolak membantunya untuk tidak membunuh dirinya dan diri saya pelan-pelan. Beliau berseru dengan santai dan ramah, “Tolong ambilkan racun saya !!“ Dan apa yang saya lakukan?, Saya mengambilkan racunnya dan memberikan padanya….

Ketika dada terasa sesak, nafas terasa berat dan payah, sekarung beras terasa menekan di atas jantung, serangan stroke datang bertubi-tubi, dan foto rontgen sudah menunjukkan warna hitam diseluruh gambar paru-paru. Ketika hawa kematian sesungguhnya itu datang….Kesombongan yang dulu berani mengumbar nyawa untuk menantang maut hilang berganti rasa cemas, gelisah, sedih, kalut datang menemani. Sementara beban dan tanggung jawab masih begitu banyak... AKU TAKUT MATI… Amal akhirat ku belum cukup. Tapi sayang sudah terlambat….

(Data, dari berbagai sumber)
CERPEN KARYA: Munaya Fauziah
2007

No comments:

Post a Comment