Wednesday, December 30, 2009

TOKO MASJID, MBAH SURIP, DAN KERUPUK PALEMBANG

„Lumayan juga jualan percobaan hari ini“ pikirku. Memang sehari sebelumnya aku, mbak Indah dan Kak Fairus bertemu tidak sengaja di masjid dan ngobrol panjang lebar hingga sampai ke topik toko masjid.

„Supaya laku kita bawa saja barangnya ke pengajian ibu-ibu besok“ kataku. „Saya akan catat harga barang dan membuatkan listnya“ kata Mbak Indah „Jadi tugas saya besok menyampaikan informasi ke ibu-ibu pengajian ya“ kata Kak Fairus. Begitulah kami-bagi-bagi tugas untuk menolong kelancaran penjualan barang dari toko masjid yang dikomandoi oleh Dias, mahasiswa yang sedang kuliah di Berlin.

Bila tidak didukung oleh ibu-ibu mungkin keberadaan toko di masjid ini akan sulit dikenal masyarakat, karena daya jangkau mahasiswa sejauh dikalangannya sedangkan untuk menyampaikan informasi toko ini kepada masyarakat umum perlu strategi lain. Nah di sinilah pentingnya peran ibu-ibu. Cuma ya risiko nya juga ada, salah satunya, kami jadi bawa tas ke pengajian besok dengan beban lebih dari biasanya. Kebetulan besok acaranya di rumah seorang ibu yang lumayan jauh rumahnya. He he he...jadi inget lagunya Mbah Surip „tak gendong kemana-mana....tak gendong kemana-mana“. Inget juga dong ujung lagunya. „Cuapeekkk !!". "Ha ha ha ...“ tawaku dalam hati. Yaah tidak apalah, Bismillah, namanya juga gotong royong, demi Tegaknya Masjid!.



Seninya berdagang di sini juga berbeda, misalnya pembeli akan tertarik dengan barang baru semacam minuman atau makanan ringan yang belum dikenalnya sehingga ada ketertarikan untuk mencoba, yang ujungnya „dagangan laris duit kumpul“. Tapi awaaasss! Cuma untuk sekali dua kali saja, jangan berlama-lama dengan barang yang sama pasti mereka bosan dan „ogah“ membeli lagi. Gawatkan!, Bisa-bisa modal cuma numpuk dibarang yang nggak laku. Kasihan Dias bisa kebingungan deh dia, untuk buat laporan ke Ketua Masjid kalo untung bulanannya tipis he3x...

List barang dengan daftar harga yang dibawa mbak Indah benar-benar membantu. Dengan lembaran fotokopian list yang dibagikan satu-satu tadi, mereka mengamat-amati barang apa yang mereka perlu dan pasti jelas berapa harganya. „Mbak, sini sambal botolnya buat saya aja. Punya saya habis di rumah“ seru mbak Ana. „Ha itu ada teh botol sosro ya ?!“ Kak Rina menimpali „Ini benar-benar asli kan teh botol sosro?“ tanyanya sambil terheran-heran „Iya Kak Rina“ jawabku sambil menunjukkan barangnya, „Sini buat Kak Rina aja dua-duanya“ katanya „Heh jangan kak Rina, saya juga mau satu“ kata Saptini menimpali. Lucu dan senang melihat adegan itu...ha ha ha jadi hiburan.

„Hayo, siapa mau kerupuk palembang tinggal satu-satunya nih“ kataku. „Mbak... itu.. susah nggorengnya“ sambung satu ibu. „Iya kalau nggak bisa nggorengnya kerupuk nggak ngembang“ sambut yang lain.

„Sini biar aku yang beli Mbak“ sambut Saptini. “Kamu sudah pernah belum nggoreng Kerupuk Palembang ?“ tanyaku memastikan, aku kan nggak mau kalau pembeli kecewa karena gagal mengolah barang beliannya. „Belum, tapi kan yang penting minyaknya panas“ jawabnya penuh percaya diri.

„Eh nggak begitu“ Mbak Nanin menyela „nggorengnya harus dengan dua penggorengan. Satu dengan minyak yang nggak terlalu panas, minyaknya dituang-tuang sedikit-sedikit ke atas kerupuk kalau sudah mulai putih-putih baru dipindah ke penggorengan besar dengan minyak panas nanti kerupuk akan mengembang besar.“ Kata Mbak Nanin dengan wajah serius sambil menggerak-gerakkan tanggannya mencontohkan. Memandang wajah Mbak Nanin dengan mimik yang serius tadi disertai dengan tekanan intonasi suaranya aku jadi tersenyum-senyum, ternyata dunia perkerupukan tidak semudah itu ya.

„Wuahh kok repot sekali sih nggoreng kerupuknya, aku nggak jadi ngambil deh mbak.“ Seru Saptini, luntur deh rasa percaya dirinya. „Ha ha ha“, aku tertawa geli dalam hati, dari awal memang kerupuk itu cuma aku yang beli terus dan terus sampai tinggal satu, karena suami ku orang Palembang dan dia suka sekali sama kerupuk itu. Weleh-weleh jadi consumer tunggal deh aku...untuk ini kerupuk!! Besok mesti bilang sama Dias, nggak usah lagi lah jual Kerupuk Palembang kalau yang beli cuma aku, soalnya mahal, jadi boros di lidah kan he3x... Kalo nggak ada, jadi nggak boros di lidah !!

Barusan ada yang nelpon, kawan dari luar kota dan pas lagi ngetik ini cerita. Ha..ha..ha ingat deh saya kalau dia kalau suaminya orang Palembang, pasti doyan deh sama itu Kerupuk Palembang. „Mau nggak di sini ada Kerupuk Palembang?“ kataku menawarkan. „Mau mbak“ jawabnya. „Wah klop nih“ suara hatiku senang. „Tapi nanti dulu, kamu tahu nggak cara nggorengnya?“ tanyaku memastikan. „Begini mbak, mamaku dulu ngajarin aku dengan dua penggorengan minyak dingin dan minyak panas.....bla...bla...bla.
... “ Wah dari kalimat pertamanya aku sudah yakin dia bisa. „Ya sudah saya pisahkan ya satu bungkus kerupuk untuk kamu dari Toko Masjid, khawatir diambil sama yang lain, nanti kalau ke Berlin ambil ya.“ kataku.

„Dias aku ganti deh sarannya, tetaplah menjual kerupuk palembang!“ kataku dalam hati. Pembeli itu masih ada....ASAL DIBERI INFORMASI....

Berlin, 9 Desember 2009
CERPEN KARYA: Munaya Fauziah

3 comments:

  1. TOKO MASJID AL FALAH BERLIN, INSYA ALLAH SUKSES

    ReplyDelete
  2. http://www.facebook.com/photo.php?pid=30445992&id=1205858196

    ReplyDelete
  3. Subhanallah.
    Sukses buat Toko Masjid Al-Falah Berlin!!
    Wah, jadi mau ke sana.. Hehehee..

    ReplyDelete