Wednesday, December 30, 2009

ANTARA SUCI, AIR, DAN CINTA

“Han, sudah mandi belum?” tanya tulisan di Facebook itu. “Belum” jawab Hani dengan jujurnya. “Loh memangnya mandi berapa kali seminggu?’ tanyanya lagi “Ha..ha…ha… tiga kali sehari, tinggal di negara dingin kayak gini,” balas Hani dengan canda, “Tiap Jumat pasti mandi karena hari Jumat Hari Raya Islam, disunnahkan mandi, juga bersih-bersih yang lain seperti memotong kuku, dan memotong ‘rambut khusus’ –untuk yang ini istilahnya memang lucu yaitu rambut-rambut khusus yang tidak terkena matahari- tetapi lebih baik disebut demikian dibandingkan nama aslinya supaya tidak vulgar.” sambung Hani, “Terus kalau mau pergi ya mandi, kalau cuma di rumah ya nggak mandi”. Lanjutnya.

Padahal Hani pergi ke kelas bahasa Senin sampai Rabu, lalu Minggu Hani ke masjid. Praktis Hani tidak mandi cuma hari kamis dan sabtu. Dua hari itupun Hani sering mandi karena akan kedatangan tamu jadi Hani pasti lebih sering mandinya daripada tidak!.



Teringat pertama kali datang ke Berlin mandi sehari dua kali saban hari, seperti kebiasaan di Depok dulu. Sampai kulit Hani jadi keriput, kering, aneh, karena kebanyakan mandi he..he..he..Lantas seorang kawan yang sudah lama menetap menasehati kalau di musim dingin seperti ini sering-sering mandi malah tidak sehat. Mandi sehari sekali sudah cukup bahkan kalau untuk anak-anak dokter menganjurkan cukup 2 bahkan 3 hari sekali. Oh-ho begitu ternyata.

Pernah ada kejadian saat Hani asyik menunggu lift menuju wohnung lamanya di lantai 7 kebetulan ada seorang bule cakep, berjas, dan berdasi pokonya necis habis deh penampilannya! Dengan koper di tangan, berdiri agak ke pintu lift. “Wah keren juga nih orang” serunya dalam hati. Pintu lift terbuka dan tahu sendiri kalau dapat lift yang ukurannya kecil, jarak tidak bisa diatur supaya jauh-jauh, semua otomatis merapat serupa walaupun tak sama persis seperti angkot di Indonesia “rapat-rapat-rapat” begitu kata kernet atau supirnya.

Ternyata dibalik penampilan mempesona itu, Hani mendapati bau yang sangat… sangat baaaauuuu…. Parahnya si bule punya postur tinggi jadilah kepala Hani hanya seperutnya, walhasil aroma menyebalkan itu harus ditahan sampai ia keluar dari lift. “Huek-huk-huk-huk” Hani terbatuk-batuk mencoba menghilangkan bau dari memorinya. “Duh tu bule berapa lama dia nggak mandi yach! Mana dekat bawahnya lagi” serunya mengomentari rejekinya hari itu. “Ini baru winter gimana kalo sommer !!” serunya dalam hati. Waktu kursus bahasa Jerman di Depok dulu, mahasiswa sastra yang jadi gurunya pernah bilang, bahwa bau badan bule kalo sommer lebih parah lagi. Ha..ha..ha.... Hani tertawa dalam hati mengenang itu, karena sekarang ia sudah sekali membuktikannya. Tapi tentu saja tidak semua seperti itu.

Hani merasa beruntung menjadi muslimah, karena walaupun ada hari-hari yang ia tidak mandi, tetap saja ia harus mengambil wudhu sehari lima kali, karena menghadap Tuhan harus dalam keadaan suci. Sehingga badannya terjaga dari kotoran. Maryam, kawannya pernah cerita kalau cara orang Indonesia membersihkan kotoran dengan air, tidak dengan tissue dipuji oleh dosen Jermannya sebagai cara yang terbaik. Dosennya Maryam itu juga memuji tehnik membersihkan alat vital terutama setelah ‘BAB’ yang airnya diusapkan dengan jari tangan kiri mulai dari depan ke arah belakang, bagi perempuan cara ini sangat bersih dan mencegah terjadinya infeksi jamur dan bakteri karena struktur anatomi perempuan menghendaki yang demikian.

Beberapa waktu lalu Mbak Farida menceritakan kepada Hani tentang kolega suaminya. “Wasser ist teuer !!” sambil melintas di depan kamar kecil, perempuan Jerman itu berkata dengan keras. Tentu saja Pak Hasyim, suami Farida, mengerti benar kalau itu sindiran untuknya karena ia sedang mengambil air wudhu di kamar kecil itu. Entahlah alasan koleganya berkata seperti itu, apakah karena air nya atau karena muslimnya. Tapi Pak Hasyim menanggapinya dengan kepala dingin. Pak Hasyim adalah seorang Doktor lulusan Jerman yang bekerja di salah satu firma di Berlin. Memang muslim yang bekerja di firma itu tidak banyak dan ia satu dari yang tidak banyak itu.

Berbeda tempat maka berbeda perilaku. Pak Abdullah malah memperoleh tempat yang di didisain khusus untuk berwudhu dan sekalian juga ruang sholatnya di tempat kerjanya. Hal ini bermula dari ruang kamar kecil yang seringkali basah oleh sisa air wudhu karena memang disainnya untuk kamar kecil. Rupanya unternehmer (pemilik perusahaan) memberikan perhatian kepada permintaan Pak Abdullah mewakili kawan-kawan muslim yang bekerja disitu akan kebutuhan mereka untuk beribadah sehingga dibuatkan tempat khusus untuk berwudhu dan sholat. Bersyukur mungkin yang harus dilakukan, caranya dengan tidak lagi meninggalkan sholat di tempat kerja, karena sudah disediakan mushola. Dan mungkin itu satu-satunya perusahaan yang menyediakan mushola di Berlin.

Lain halnya masalah air antara perusahaan dengan Masjid Al Falah di Berlin. “Tagihan air naik tahun ini menjadi 300 euro lebih,” kata Pak Umar yang diamanahkan sebagai ketua administrasi masjid. “Haa…! Besar sekali!” seru sebagian orang kaget. Tetapi ini memang tidak aneh. Air memang dibutuhkan jamaah untuk bersuci sebagai sarat sah sholat. Bedanya kalau di masjid-masjid Arab atau Turki, berwudhu dilakukan dengan air dingin meskipun dimusim dingin, jadi kebayangkan bagaimana bekunya, bibir jadi biru dan badan jadi menggigil, hiii dingiiiin. Tapi kalau di Masjid Al Falah berwudhu dengan air hangat. Sehingga biaya air yang memang sudah mahal menjadi tambah mahal karena butuh pemanasan. Berbeda dengan di Indonesia, Hani teringat bisa sebebas bebasnya memakai air yang penting tiap rumah punya PAM (alat penyedot air) sendiri he3x…Byur…byur…byur…tanpa merasa bersalah atau takut tagihan air yang meledak.

“Allah lebih mencintai hambanya yang menyempurnakan wudhunya di musim dingin karenaNya” Begitu kata Ustadz Soleh dalam ceramah Ramadhan lalu. “Tapi bagaimana untuk jemaah masjid yang mayoritas sudah berumur, nanti bisa sakit semua.” pikir Hani. Itulah sebabnya Masjid Al Falah menggunakan air hangat. “Dengan air hangat saja banyak jemaah yang tidak menghirup air wudhu sampai ke dalam hidung, apalagi dengan air dingin, padahal itu termasuk syarat sempurnanya wudhu !! Bayangkan kalau tidak sah wudhunya maka sholatnya bisa tidak sah!!, Sayang sekali khan sholatnya bila tidak diterima.” Hani merenung sedih.

“Wah harus mulai berfikir nih bagaimana caranya supaya bisa membantu pemasukan masjid untuk sewa gedung dan nebenkostennya (biaya tambahan seperti air, heizung-pemanas, pembuangan sampah, kebersihan jalan/tangga)…” idenya mulai menjalar. “Hey!” Katanya dalam hati “Bagaimana kamu ini Hani mau membantu masjid sedangkan wohnung mu yang baru ini juga beda dengan wohnung yang lama !” Memang benar, dulu Hani tinggal di studenten wohnheim yang biaya bulanannya sudah termasuk air dan heizung. Jadi ia bisa memakai kedua fasilitas tadi sesukanya tanpa khawatir apalagi deg-deg-an. Lain dulu lain sekarang. “Awas, jangan lama-lama mandi!” atau “Hati-hati heizungnya supaya dikecilkan” atau “Coba lampunya dimatikan!” Ya! Itu kalimat-kalimat yang sering terlontar kalau tidak mau kena serangan jantung di akhir tahun seperti pengalaman Bu Rahmi. “Saya dapat tagihan 1200 euro akhir tahun ini” seru kawannya itu yang bercerita dengan sesak dada. Cobalah di kurskan sendiri ke rupiah, rasanya bisa beli tanah ratusan meter di pelosok kampung di Sumatra, atau bisa punya 30 becak di Jawa berguna untuk menafkahi 30 keluarga. Sakit hati deh!

Hani teringat kembali Ramadhan lalu. “Bilal sahabat Rasulullah SAW, bila berjalan langkah-langkah kakinya di dunia terdengar sampai ke surga.” Kata Ustadz Sholeh. “Subhanallah. Bagaimana dia bisa mencapai tingkatan yang mulia seperti itu!?” tanya salah satu ibu disana. “Karena Bilal adalah orang yang selalau menjaga wudhunya. Setiap kali ia berhadats atau batal, maka ia segera berwudhu.” Demikian ustadz Soleh menjelaskan. “Begitulah Bilal, ia menyempurnakan wudhu karena Allah Subhanahuwata’ala maka Allah mencintainya dan mempersiapkan surga untuknya” ujar Hani dalam hati.

“Bismillahirrohmaanirrohii
m” kata Hani sebelum memulai berwudhu. Memang benar kalau tidak diawali dengan Basmallah maka wudhunya tidak sah dan sholatnya tidak sah, maka harus diulang wudhunya dengan diawali Basmallah. Hadits yang diriwayatkan Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Tidak sah suatu shalat bagi orang yang tidak ada wudhunya dan tidak sah wudhu bagi seseorang yang tidak menyebut nama Allah.” Hani harus bolak-balik ke kamar mandi kembali berwudhu karena sudah batal. Perutnya terkadang sering kembung kalau musim dingin sehingga menampung banyak gas. Musim dingin ini semua waktu sholat mendekat misalnya Subuh jam 6:16, Shuruk (matahari terbit) jam 8:07, Dzuhur jam 12:03, Ashar jam15:56 dan Maghrib jam 17:41. Jadi sering balik ke kamar kecil untuk berwudhu.

“Menarik juga buku ini” katanya sambil tidur-tiduran di atas kasur hangatnya sementara salju turun dan memutih di halaman rumahnya. Hani membaca-baca buku berjudul “101 Kekeliruan Dalam Thaharoh.” Syahidah kawannya yang sudah pulang ke Indonesia meninggalkan buku itu untuk perpustakaan Ummul Falah. “Al Imam Ibnul Qoyyim berkata,” Hani membacanya keras-keras, “Beliau adalah orang yang sangat sederhana dalam mengucurkan air wudhu. Beliau juga mengabarkan bahwa ditengah tengah umatnya nanti akan muncul orang-orang yang berlebih-lebihan dalam bersuci, yaitu sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah, bahwa Rasulullah SAW bersabda ”Sesungguhnya akan ada di tengah umat ini segolongan orang yang berlebih-lebihan dalam bersuci dan berdoa.“

“Kayaknya aku boros air deh” katanya kepada dirinya sendiri “Aku baca buku ini dulu sampai selesai” lanjutnya. “Apa sih kesalahan yang biasa terjadi, ternyata itu adalah membasuh lebih dari tiga kali karena rasa was-was, membasuh air ke leher, membasuh air sampai lutut, membasuh rambut tiga kali sedangkan dalam hal ini Rasulullah SAW hanya mencontohkan sekali dan mengusapkannya pun sampai kerambut belakang serta berbalik lagi ke depan dan jari-jari yang basah terkena ke akar rambut, membasuh telinga ternyata bisa langsung dari air basuhan rambut yang dilanjutkan ke telinga dan cukup sekali. Jadi tidak perlu lagi mengambil air tiga kali untuk telinga kanan dan tidak perlu lagi mengambil air tiga kali untuk telinga kiri.Wah kalau cara wudhunya mengikuti Rasulullah SAW seperti ini pasti jadi lebih hemat air dong!” kemudian Hani membaca lagi “Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat seorang laki-laki yang di kakinya ada sesuatu seperti kuku yang tidak terkena air. Lalu Beliau bersabda “ Ulangi lagi dan baguskan wudhumu.” Riwayat Abu Daud.” Demikian tertera jelas diantara kalimat yang Hani baca.

“Maka dari itu orang-orang yang tidak menyempurnakan basuhan anggota-anggota wudhunya, harus hati-hati, jangan-jangan sholatnya tidak di terima Allah. Lebih baik diulang saja wudhunya.” katanya menyimpulkan dalam hati. Hani teringat kalau musim dingin begini biasanya banyak orang yang malas menarik lengan bajunya sampai ke atas siku. Akibatnya ada selebar kuku kecil bagian ujung siku yang sudah pasti tidak terkena air wudhu, yang seperti ini kalau tidak diulang wudhunya pasti sholatnya tidak diterima. “Bagaimana bisa mendapat cinta Allah Subhanahuwata’ala seperti pada Bilal, kalau wudhu untuk sholat wajib saja tidak sah!. Besok harus disampaikan kepada ibu-ibu di pengajian Ummul Falah.” Tekadnya dalam hati.

Selesai pengajian Mbak Hanum mendekatiku. “Mbak ini uangnya sudah terkumpul 120 euro untuk tambahan biaya air dan nebenkosten masjid yang naik, jadi rencana kita tiap bulannya akan rutin mengumpulkan dana ini sebagai tambahan pemasukan bagi masjid.” Katanya sambil menyerahkan amplop berisi kumpulan uang kertas dan recehan. “Alhamdulillah, Pak Umar bisa senang mendengar ini. Terima kasih Mbak Hanum. Jumlah ini kalau di total dalam setahun akan lebih besar dari kenaikannya. Semoga menjadi amal akhirat untuk Mbak Hanum dan juga ibu-ibu semua” Sambutku cerah. “Amiin” serunya pelan menyambut doaku. Mbak Hanum menampakkan ekspresi ikhlas dengan ucapanku tadi. “Aku mencintai ibu-ibu ini karena Allah, dan semoga Allah mencintai kami karena kami mencintai rumahMu Ya Allah. Amiin.” Hani berbisik dalam hatinya yang mengharu biru.


Berlin, 18 Desember 2009
CERPEN KARYA: Munaya Fauziah

Facebook (jejaring social di dunia maya)
Wohnung (kamar appartement)
Winter (musim dingin)
Sommer (musim panas)
nebenkostennya (biaya tambahan seperti air, heizung-pemanas, pembuangan sampah, kebersihan jalan/tangga)
BAB (buang air besar)
Studenten wohnheim ( appartement untuk pelajar)
Wasser ist teuer! (air mahal harganya!)
unternehmer (pemilik perusahaan)

No comments:

Post a Comment