Sunday, August 22, 2010

Sebab-sebab Penyimpangan Pada Anak

Bismillahirrohmaanirrohiim

1) Kemiskinan. Ayah wajib memiliki etos kerja yang tinggi, suami tidak boleh betah di rumah dalam hal mencari nafkah.
Bila ayah nganggur maka akan banyak tidur, ini adalah contoh yang buruk bagi anak-anak.
Orang tua yang sibuk bekerja lupa mengalokasikan waktu untuk mendidik anak-anak sehingga anak menjadi kurang diperhatikan.

2) Thalaq. Perselisihan suami istri jangan sampai menjadi tontonan anak. Bertengkar tidak di hadapan anak. Bila bertengkar silahkan dalam kamar, namun setelah keluar kamar mesti tersenyum lagi dihadapan anak.

Pada umumnya thalaq yang terjadi berujung pada nafsu, rata-rata suami istri bercerai karena maunya sendiri bukan karena alasan agama. Apalagi kemudian salah satunya menjelek-jelekkan pasangannya di depan anaknya. Sehingga si anak bersikap untuk berbaik-baik pada salah satu nya hal ini memunculkan sifat munafik pada anak sejak kecil. Anak tidak punya contoh figur yang jelas, oleh karena itu hindarkan perselisihan.

3) Masa luang. Waktu senggang di isi dengan “games“, anak menjadi asosial, tidak pandai bergaul dan penyendiri. Masaluang itu harus kita dampingi.
4) Salah Pergaulan. Percampuran pergaulan dengan teman-teman yang jahat. Harus selalu ditanyakan siapa teman anak saya. Perumpamaannya adalah seperti bergaul dengan pandai besi maka akan terkena noda hitamnya, bergaul dengan penjual minyak wangi akan terkena harumnya. Teman ini sangat cepat sekali pengaruhnya pada anak.

5) Pola pendidikan. Kadang kala orang tua tidak kuat mensikapi anak berbuat sesuatu. Sehingga anak menganggap ayah ibunya diktator. Anak kadang kurang bisa mengekspresikan rasa cintanya secara benar pada orang tua walau niatnya baik atau sayang, oleh karena itu tidak boleh memperlakukan anak seperti budak. Orang tua perlu benar memperhatikan bahwa:
  • Kata-kata
  • Sikap
  • Perbuatan
harus disesuaikan dengan daya fikir anak.

Contoh Rasulullah SAW dengan Hasan dan Husein. Rasulullah sedang sujud dalam sholat berjamaah. Namun ternyata dibuat kuda-kudaan oleh Hasan dan Husein sehingga sujudnya lama. Sahabat-sahabat heran mengapa sujudnya lama sehingga salah seorangnya mengangkat kepala mengira beliau sudah bangun dari sujud. Tapi ternyata yang terlihat dipunggung Rasulullah ada Hasan dan Husein sedang bermain. Rasulullah tetap tidak mengangkat kepalanya hingga kedua cucu nya itu turun dari lehernya. Setelah selesai baru dinasehati dengan dialog. “Mengapa kalian bermain kuda-kudaan di punggung nabi?“ mereka menjawab “Punggung Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya kuda-kudaan“ kemudian Rasulullah SAW menjawab “dan kalian adalah sebaik-baik pengendara kuda“, setelah memuji cucu-cucunya itu yang membuat mereka senang Rasulullah SAW melanjutkan dengan lembut “tapi coba lihat paman-pamanmu, kasihan mereka jadi sujudnya lama“, setelah itu Hasan dan Husein mengerti.

6) Film. Kebiasaan menonton kartun-kartun untuk dewasa, atau film-film dewasa yang oleh anak akan membuat anak pikun lebih cepat. Ditambah lagi dengan menonton film-film melankolis dan berkesan seksual. Pikun akan melambat jika seseorang rajin mengerjakan amal-amal soleh dan membaca Al Qur’an.

7) Tersebarnya pengangguran dalam masyarakat. Apabila ayahnya nganggur, ibunya nganggur, maka otomatis anak akan mencontoh nganggur. Lebih luas lagi jika tetangga-tetangganya juga ikut nganggur. Maka akan muncul perilaku-perilaku minum-minum dan kekerasan. Ini bukan pendidikan sosial yang baik untuk anak.

8) Ibu dan bapak yang tidak peduli dengan pendidikan. Orang tua yang sudah merasa cukup dengan tidak sekolah dan memaksakan hal tersebut berlaku juga untuk anaknya.

9) Bahaya Yatim. Anak yang orang tuanya meninggal adalah tanggungan bersama. Anak yatim itu unik karena kenakalannya yang di luar kebiasaan. Anak yatim melakukan itu untuk mencari perhatian supaya orang iba. Tetapi banyak juga orang yang kesal, semakin kesal orang maka ia semakin menjadi-jadi. Kecuali bila anak yatim itu kitarangkul” dengan syarat ikhlas untuk menjalankan sunnah Rasulullah SAW. Hadits: “Aku dan anak Yatim seperti ini” sambil menunjukkan dua jari, jari telunjuk dan jari tengah berdampingan. Ambillah anak yang dekat dengan garis keluarga kita, dari kalangan keluarga sendiri. Anak tersebut harus tetap dikenalkan bapak aslinya dan tetap di nasab kan (di -bin- kan) ke nama bapak aslinya. 

Seri Rangkuman Ceramah Ustadz Muhammad Saleh Darahim Lc. M.A.
pada Pengajian Ummul Falah, Masjid Al Falah Berlin, September 2009

No comments:

Post a Comment