Tuesday, August 24, 2010

Tanggung Jawab Pendidikan Jasmani Anak

Bismillahirrohmaanirrohiim

Pendidikan jasmani anak meliputi bagian-bagian berikut ini :
  • nafkah yang baik
  • kaedah dalam makan, minum, tidur.
  • menjaga kesehatan
  • etos kerja
Pada saat mendidik anak yang pertama kali harus dilakukan adalah tanamkan terus tentang iman, maka mendidik akhlaq akan menjadi lebih mudah.

Pepatah arab: “Al aqli salim fil jismisalim” artinya: “Akal yang sehat ada pada tubuh yang sehat”.
  1. Nafkah yang baik. Wajib bagi suami/isti memberi nafkah yang baik, halal dan thoyib(baik). Al Baqoroh:233. Ada anak yang suka sakit-sakitan karena orang tuanya memberi makan yang baik tapi dari barang yang “subhat”.
Hadist: “Belanjakan harta mu untuk berperang dijalan Allah, untuk budakmu, untuk fakir miskin, dan yang paling baik untuk keluargamu.”
  1. Kaedah makan, minum dan tidur.
Wakulu, washrobu walaatusrifu,” artinya: ” dan makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan. Ajarkan dan contohkan anak membaca Basmallah sebelum makan minum.
Didik anak agar makan tidak sampai kekenyangan. Jangan sampai anak menjadi “abdul buthun” atau penyembah perut, karena apa-apa yang diinginkan untuk dimakan dipenuhi padahal sudah lebih dari porsi anak.

Contohkan anak agar tidak makan dan minum sambil berdiri. Bila kita mengundang tamu maka berkewajiban untuk menyediakan kursi sejumlah tamu sehingga semua bisa makan sambil duduk. Jika tidak, maka tuan rumah menanggung dosa- makan sambil berdiri- semua tamu yang makan minum dan tidak mendapat tempat duduk.

Contohkan anak agar tidak minum segelas air dalam sekali teguk, meskipun gelasnya kecil. Bagilah segelas air tadi menjadi 2 atau 3 kali minum. Tidak minum seperti unta yang sekali teguk langsung habis.

Tidur. Disunnahkan miring ke kanan kalau bisa menghadap kiblat. Ajarkan doa sebelum tidur (Bismika Allohumma ahya wa bismika amuut, artinya: Dengan nama Allah aku hidup dan dengan nama Allah aku mati) dan doa bangun tidur (Alhamdulillaahilladzi ahyaanaa ba'dama amaatanaa wailaihinnusyur, artinya: Segala puji bagi Allah yang telah mengidupkan aku setelah matiku dan hanya kepadaNya aku kembali), karena tidur adalah mati sejenak (Az Zumar: 42). Biasakan anak tidak tidur melingkar.

  1. Jaga Kesehatan anak. Orang tua jangan main-main dengan kesehatan anak, karena anak adalah aset. Jangan menggunakan obat coba-coba atau coba obat sana-coba obat sini. Sebaiknya langsung ke ahlinya, meskipun habis tabungan. Uang yang terpakai untuk keperluan anak adalah deposito orang tua di akhirat. Orang tua harus ikhlas jangan sampai pernah menyebut-nyebut misalnya “kamu dulu habis sekian juta”, dan sebagainya, apalagi di depan anak. Kalau orang tua ikhlas dan anak melihat ini, Insya Allah anak akan “all out” atau mengusahakan semaksimal mungkin juga untuk orang tuanya ketika ibu bapaknya tua nanti.

Jika ada orang tua kita yang sakit-sakitan, jangan mengharapkan orang tua cepat mati, karena jika kita tua nanti juga akan diperlakukan sama oleh anak kita. Misalnya “yah memang sudah tua umurnya, sudah sakit-sakitan, mau apalagi, mungkin memang sudah saatnya, lebih baik ia meninggal”, dan sebagainya. Urusan meninggal adalah urusan Allah SWT, tugas kita adalah berupaya semaksimal mungkin dengan ikhlas bukan kita yang menentukan kapan orang tua “sebaiknya” meninggal. Apakah ibu dan bapak mau, jika nanti dalam keadaan tua renta, ada anaknya yang bersikap seperti itu? Semua penyakit ada obatnya kecuali pikun dan mati.

  1. Olah raga. Dalam berolah raga, orang tua harus bisa mengendalikan anak, jika tidak sehari-harinya hanya basket dan bola. Khawatir hak-hak lainnya terkurangi, kecuali kalau diniatkan untuk profesional. Disini kewajiban orang tua menilai arah dan kemampuan anaknya. Rasulullah SAW mengatakan: “Sebaik-baik permainan adalah lempar lembing.” Rasulullah SAW juga pernah mengadakan lomba lari dengan Aisyah ra. Hadits: “Nabi mengajari kami melempar, memanah dan berenang” Hadits: “Mukmin yang kuat lebih disukai daripada mukmin yang lemah.”

  1. Etos kerja dan jangan dimanja. Anak jangan dibiarkan menganggur, suruh anak bergerak, karena bila tidak bergerak tidak sehat. Biasakan anak membawa cucian piring sendiri, mencucinya sendiri. Sekaligus melatih fisik untuk bergerak dan melatih tanggung jawab. “Iyyakun wa tana'kum”artinya “Jangan dibiasakan bersenang-senang terus atau berlebih-lebihan atau bersantai-santai.” Hadits Rasulullah SAW: “Tirulah cara hidup nenek mu dan moyang mu.”, maksudnya adalah meniru kerja keras dan upaya tidak kenal lelah dari leluhur kita dahulu, bahkan berjuang jauh hingga ke negeri-negeri yang jauh dan juga melintasi samudra.

Hati-hati bila melihat fisik anak yang ketomboyan atau yang kegemulaian. Harus diketatkan sejak kecil mengenai hal ini. Biasanya anak tersebut anak yang tertekan sehingga mencari perhatian. Jangan sampai anak curhat pada yang lain tetapi kondisikan sejak awal agar anak curhat pada orang tua sendiri. Kalau di saat kecil ada anak lelaki kita yang alat kemaluannya kecil, orang tua harus peka untuk segera memeriksakannya ke dokter. Ini adalah tanggung jawab orang tua karena kedepannya anak bisa menjadi kegemulai-gemulaian. Begitu juga kalau ada anak perempuan yang ketomboy-tomboyaan harus dibawa ke psikiater.

Pada kasus semacam ini ada pertanyaan, bagaimana kalau itu dari sananya atau penyakit? Maka kita harus kritis dengan pertanyaan itu dan balik bertanya, apa betul itu penyakit? apa betul itu bawaan? Kita harus berdasar kepada apa yang dicontohkan oleh Umar bin Khattab: “Lari dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.” Sampai sejauh mana kita berusaha, orang tua harus ada usaha semaksimal mungkin. Dalam hal ini harus ada usaha yang lebih “kencang” melawannya.

Pada jaman nabi SAW, ada orang yang kidal. Dia makan dengan tangan kiri. Kemudian Nabi Saw memanggilnya, dan mengatakan. “Makan engkau dengan tangan kanan.” anak itu menjawab, “Tidak bisa ya Rasulullah, saya dari kecil sudah pakai tangan kiri.” kemudian Nabi SAW mengatakan: “Mudah-mudahan benar engkau tidak bisa.” Kemudian orang itu berusaha dan berusaha dan ternyata kemudian dia bisa. Dari pelajaran ini bisa diambil hikmahnya bahwa hal-hal semacam ini harus dilawan, harus diperangi dengan usaha yang keras sehingga bisa sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.

Seri Rangkuman Ceramah Ustadz Muhammad Saleh Darahim Lc. M.A.
pada Pengajian Ummul Falah, masjid Al Falah Berlin, September 2009

1 comment: