Sunday, August 22, 2010

PERASAAN ORANG TUA YANG PERLU DISIKAPI TERHADAP ANAK

Bismillahirrohmaanirrohiim

Perasaan orang tua kepada anak terbagi dua: perasaan berlebihan dan perasaan cuek, tidak mau tahu atau tidak mau mengurus anak. Fitrah orang tua adalah cinta anak, tapi ada yang menganggap anak adalah beban. Beberapa hal penting yang perlu disikapi yaitu:
  1. Suasana cinta. Munculkan suasana cinta terutama pada bayi yang baru lahir tunjukkan sikap bahagia, sehingga setiap anak yang lahir merasa disambut. Rasa cinta tidak hanya ditunjukkan oleh orang tua tetapi juga oleh mertua kalau perlu dipegang perut ibu sehingga si anak merasa siap lahir ke dunia karena akan disambut baik. Jangan sampai ada perasaan tidak bersahabat terhadap bayi. Anak adalah fitrah jadi ia mengerti benar perasaan senang, bahagia, cinta.
  1. Munculkan perasaan sayang (rahmah). Kepada tetangga dianjurkan memberi hadiah sebagai suasana selamat datang kepada bayi.
  1. Tidak menunjukkan sikap benci pada bayi yang tidak sempurna karena ia adalah amanah Allah SWT. Bila ada kecacatan pada anak jangan cerita pada siapapun, ceritakan pada Allah sambil terus berusaha mencari solusinya dengan cara yang tepat. “Hasbunallah wa ni’malwakil” artinya “Cukuplah Allah sebagai penolong.”Karena yang memberi kondisi itu adalah Allah SWT, maka Allah SWT lah yang akan menyelesaikan masalah kita. Jangan sampai menunjukkan sikap benci kepada anak. Ini adalah ujian dari Allah SWT. Ini cara Allah melatih kesabaran orang tua. Kalau perlu tambahkan rasa sayang kita kepadanya.
Anak ada macam-macam sifatnya:
Ada yang sangat menyenangkan. Ada yang “nggak nyambung” dengan kita. Kedua sikap ini jangan sampai ditunjukkan kepada anak karena ini syahwat/nafsu orang tua. Baik benci pada fisik atau kelakuannya.
  1. Kematian anak
Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan, kalau Allah SWT menghendaki maka anak akan dimatikan sewaktu dalam rahim. Anak yang meninggal sebelum baligh akan mencari dan meminta bertemu dengan orang tuanya di akhirat. Kata Allah kepada mereka: “Silahkan selama orang tua mu sabar.“ Maka anak tersebut akan mencari-cari namun tidak akan bertemu meskipun dekat darinya, karena pada saat di dunia terkena musibah itu orang tuanya ternyata banyak mengeluh.

Kisah Ummu Sulaim, yang anaknya sakit panas, Abu Sulaim sang suami yang hendak berangkat berjihad bolak balik melihat anaknya tidak tega meninggalkannya. Namun Ummu Sulaim sang istri mengatakan “Berangkatlah! Aku lebih mengetahui tentang anakku.“ Kemudian Abu Sulaim berangkat berjihad bersama Rasulullah SAW. Ternyata bayi nya tersebut kemudian meninggal. Sedang jihadnya tidak memakan waktu lama baru sehari ternyata Abu Sulaim sudah kembali. Sehingga bayinya belum dikubur sang suami sudah pulang. Ummu Sulaim adalah wanita yang pandai dalam menyampaikan sesuatu. Tidak ingin membuat sang suami gusar, ia berpesan kepada seluruh keluarga dan tetangga untuk tidak menceritakan kematian bayinya kepada Abu Sulaim, karena ia sendiri yang ingin menyampaikannya langsung. Kemudian Ummu Sulaim berdandan cantik untuk menyambut suaminya, keluarganya bingung akan perilakunya karena di kamar sebelah ada mayat bayi yang belum dikubur. Abu Sulaim bertanya “Bagaimana kabar anak ku?“ Ia menjawab “Anakmu sudah tenang.“ Ummu Sulaim menyambut suaminya seperti pengantin baru sampai keperluan suaminya selesai. Setelah itu ia mengatakan kepada suaminya “Bagaimana kalau ada seseorang yang meminjamkan pinjaman dan ia minta dikembalikan?” maka Abu Sulaim menjawab dengan tegas bahwa pinjaman harus dikembalikan. Kemudian Ummu Sulaim menyampaikan bahwa “Demikianlah anakmu, ia sudah dipanggil oleh yang meminjamkan yaitu Allah SWT.“ Abu Sulaim sangat marah kepada istrinya dan segera mandi junub dan dalam keadaan masih basah-basah rambutnya pergi menemui Rasulullah SAW pada saat sholat subuh dan menceritakan hal tersebut. Rasulullah SAW mendengar hal itu tersenyum dan mendoakan semoga dari hasil malam itu Allah akan menggantinya dengan keturunan yang lebih baik untuk Abu Sulaim. Melihat reaksi Rasulullah yang tersenyum, Abu Sulaim yang masih dalam suasana marah jadi terdiam dan kembali kepada istrinya dan sejak malam itu ia sulit bermesraan dengan istrinya. Beberapa bulan kemudian istrinya hamil. Tahulah ia bahwa kehamilan tersebut adalah hasil dari malam itu. Pada saat istrinya akan melahirkan ada panggilan jihad lagi. Ummu Sulaim mengatakan “Berangkatlah“, namun Abu Sulaim sudah minta izin kepada Rasulullah SAW untuk menunggui istrinya yang akan melahirkan. Ditungguinya sampai lahir. Rupanya rombongan jihad belum berangkat dan Abu Sulaim membawa bayi tersebut kepada Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW mengunyah kurma sampai halus dan mengoleskannya ke mulut bayi tersebut. Dari sinilah muncul tahnik (mengoles kurma yang sdh dikunyah lembut ke langit-langit mulut bayi yang baru lahir). Dari anak ini kemudian lahir 10 orang yang kesemuanya hafal Al Qur’an dan semuanya menjadi pemimpin Islam, ada yang menjadi Gubernur, bahkan anaknya yang kelima (cucu Abu Sulaim) menjadi khalifah yaitu Ummar bin Abdul Aziz. Subhanallah.  

Seri Rangkuman Ceramah Ustadz Muhammad Saleh Darahim Lc. M.A.
pada Pengajian Ummul Falah, Masjid Al Falah Berlin, September 2009

No comments:

Post a Comment